COMMUNITY SERVICE LEARNING
TEAM 10 D
PROGRAM PENGEMBANGAN
KEPRIBADIAN MAHASISWA
di SEKOLAH LUAR BIASA GANDA
TUNARUNGU-NETRA (DEAFBLIND)
HELEN KELLER INDONESIA
Kelompok 10 D :
Kristina Dessy I.
Fransisca Wahyu M.
Florentina Pradita S.
Elisabeth Sinar
Kristina
Dessy Indriani
Refleksi CSL
Saat
pertama kalinya datang di SLB Helen Keler Indonesia itu bingung mau melakukan
kegiatan apa. Saya dan teman- teman menunggu anak- anak selesai doa. Dan
disambut oleh suster serta guru- guru yang membimbing di SLB Helen Keler dengan
senyuman bahagia. Tak kalah dengan suster dan guru- guru anak- anak pun
menerima kami dengan senyuman dan tangan terbuka, walaupun hanya beberapa siswa
yang bisa melihat kami datang. Beberapa diantara siswa itu tidak bisa melihat,
tidak bisa berbicara, tidak bisa mendengar. Bahkan ada yang yang tidak bisa
melihat dan tidak bisa berbicara tetapi
bisa mendengar. Ada pula yang bisa melihat tetapi tidak bisa berbicara dan tidak
bisa mendengarkan. Kebetulan kemarin hari Sabtu jadi kegiatannya jalan- jalan
serta waktu itu ada salah satu siswa yang sedang merayakan ulang tahun yang ke
10 tahun. Kegiatan hari Sabtu di SLB ini memang santai dan tidak melakukan
kegiatan belajar di kelas. Saat jalan- jalan saya mendampingi seorang anak yang
tidak bisa melihat tetapi bisa mendengarkan dan berbicara.
Sampai
di lapangan banyak anak- anak sekolah yang sedang berolahraga yang jenjangnya
SD sampai SMP. Di lapangan tersebut anak- anak dibiasakan untuk berinteraksi
dengan lingkungan. Kehangatan guru pembimbing dan anak- anak sangat terasa,
mereka bercanda tawa dengan senyum dan candaan yang lepas diberikan kepada
anak- anak. Setelah anak- anak istirahat dan menikmati lingkungan lapangan, anak-
anak diberikan makanan ringan secara merata. Ada seorang anak yang sangat
senang bernyanyi tetapi tidak bisa melihat. Ada juga yang bisa mendengarkan
tetapi tidak bisa berbicara namun ia sangat senang bertepuk tangan jika
temannya sedang menyanyi. Di sini kami mendampingi dan berinteraksi dengan
anak- anak yang sekiranya masih bisa dikendalikan. Ada beberapa siswa yang
tidak bisa dikendalikan oleh orang yang belum mengenal dia, jika marah ia
melakukan hal yang tidak sepatutnya dilakukan, ia memukul dirinya sendiri dan
menyakiti dirinya dengan berbagai cara. Wajahnya yang sangat lebam bahkan masih
dipukulinya. Waktu jalan- jalan ada seorang anak yang bercerita kalau dia itu
sangat senang jalan-jalan, karena bisa merasakan lingkungan yang di luar.
Setelah selesai jalan- jalan, anak- anak santai dan beristirahat sejenak sambil
menunggu persiapan perayaan ulang tahun Handoko yang ke 10 tahun( salah satu
anak di SLB). Antusiasme anak- anak di SLB ini sangat luar biasa ketika melihat
temannya sedang berulang tahun. Mereka sudah menyiapkan kado masing- masing
untuk Handoko. Yang ditunggu dari anak- anak yaitu memotong kue ulang tahun,
anak- anak menyanyikan Selamat Ulang Tahun dan mendoakan Handoko dengan bahasa
isyarat tentunya. Mereka sangat senang dan tertawa lepas tanpa beban yang
dirasakan. Setelah perayaan Ulang tahun, anak- anak diberikan nasi kotak yang
sudah disiapkan oleh orang tua Handoko. Saya membantu anak- anak untuk makan
siangnya. Setelah makan siang, kegiatan di sekolah selesai dan dilanjutkan untuk
tidur siang. Mereka sudah dibiasakan jika sebelum tidur siang mandi terlebih
dahulu.
Anak-
anak tidur siang, saya dan teman- teman membantu melipat baju- baju mereka dan
memilah- milah pakaian mereka. Di dalam pakaian tersebut supaya mudah mengingat
baju- baju mereka diberi kode sendiri- sendiri. Bahkan ada karyawan yang sudah
mahir dan cepat memilah baju mereka dengan kode- kode masing. Setelah selesai
tidur siang, mereka mandi sore dan bersih- bersih kamar. Dengan teliti mereka
membersihkan kamar serta ada juga yang olah raga karena ia pengen kurus. Saya
membantu bersih- bersih kamar cowok mereka, dan ada juga membantu memandikan
anak. Setelah selesai membantu anak-anak saya dan teman- teman mengobrol dengan
anak- anak yang sudah selesai mandi dan bersih- bersih dan saya melihat bahwa
mereka dengan sangat mandiri melakukan apa yang dia inginkan dengan sendiri
tanpa bantuan orang lain. Di tempat yang biasanya digunakan untuk makan ada
lemari mereka sendiri- sendiri dan mereka sudah hafal dimana tempat sendok dan
tempat minum. Di tempat ganti bajupun, ada lemari untuk meletakkan alat mandi
dengan rapi dan teratur. Mereka sudah sangat paham dengan alat mandi mereka apa
bukan. Tempat handuk mereka pun sangat rapi yang diletakkan disebelah lemari
itu.
Francisca
Wahyu Mustika
Refleksi CSL
Pada
hari sabtu, 15 November saya dan kelompok kecil saya melakukan kegiatan CSL di
SLB Helen Keller yang bertempat di Wirobrajan Yogyakarta. Saat saya di beri
tahu oleh teman saya bahwa kami akan melakukan CSL di SLB saya merasa
tertantang karena saat saya masih di
bangku SMA saya sering berkunjung ke SLB bersama teman-teman saya, walaupun
hanya sekedar bermain saja.
Tetapi
saat saya memasuki pintu gerbang depan SLB Helen Keller saya menjadi ragu dan
takut karena melihat anak-anak yang berkebutuhan khusus. Ada yang
berteiak-teriak, lari-lari dan marah-marah. Kemudian kami bertemu dengan suster
pengurus SLB dan kamipun diajak berkenalan dengan guru-guru yang ada.
Di pagi
hari SLB HKI mempunyai kegiatan untuk berjalan-jalan ke lapangan yang ada di
dekat SLB. Masing-masing dari kami menjaga seorang anak, saya bersama seorang
anak bernama gita. Gita adalah anak yang menderita tunawicara, sepanjang
perjalanan saya mengajak anak tersebut untuk bernyanyi dan bertepuktangan.
Sesampainya di lapangan, anak-anak dibiarkan bermain-main, berlarian,
bersendagurau. Di sini saya melihat keceriaan anak-anak yang membuat hati saya
tersentuh, anak yang buta saya dengan asiknya berlarian walaupun dia tidak tahu
apa yang ada didepannya, walaupun mereka terjatuh teapi mereka masih bisa
tertawa. Setelah beberapa jam kami mnemani anak-anak ke lapangan kamipun kebali
ke SLB untuk minum susu dan teh.
Ternyata
di hari itu ada seorang anak bernama Handaka yang berulangtahun ke 10, dia
seorang anak yang tidak bisa melihat dan berbicara, tetapi semangatnya
sangatlah besar. Kami menyiapkan acara ulangtahun bersama-sama. Anak-anak di
sini sangatlah senang karena teman mereka ada yang berulang tahun, mereka
sangat antusias dan mereka membawa kado mereka masing-masing, di sini tampaklah
keceriaan anak-anak yang membuat saya kagum. Setiap anak memberi ucapan dan
kado untuk handaka, kemudian guru dan kami membagikan roti dang nasi box,
kamipun menikmati bersama tetapi kami haruslah menyuapi anak-anak yang tidak
bisa makan sendiri. Dengan sabar kami menyuapi anak-anak yang ada di sini,
walaupun ada yang tidak mau.
Jam
sudah menunjukkan jam tidur siang, anak-anakpun bergegas mengganti pakaian
mereka dan tidur di kamar mereka masing-masing. Kami menghampiri suster dan
menanyakan adakah yang perlu di bantu? Kemudian kami membantu pengurus asrama
untuk membersihkan asrama, setelah itu beberapa anak di sini terbangun.
Beberapa dari kami membanyu untuk memandikan anak-anak. Waktu sudah menunjukkan
pukul 4 sore, kami berpamitan kepada suster dan anak-anak untuk pulang, kami
juga mengucapkan trimakasih karena mengijinkan kami untuk melakukan CSL di
sana.
Dari CSL
di SLB HKI saya jadi merasa lebih bersyukur dan mensyukuri apa yang di berikan
Tuhan kepada saya, karena saya masih di beri panca indra yang lengkap dan saya
maish di beri kecerdasan untk berpikir. Saya menyadari selama ini saya sering
kali malas bahakan mengeluh dalam melakukan sesuatu, tetapi setelah melihat
anak-anak yang ad di sini saya harus bangkit seperti mereka yang mempunyai
kebutuhan khusus saja tidak mengeluh bahkan mereka sangatlah bersemangat. Oleh
karena itu saya akan bersemangat dan tidak mengeluh lagi.
Elisabeth Sinar
REFLEKSI HASIL KEGIATAN CSL
CSL merupakan kegiatan yang diselenggarakan kampus yang bertujuan
untuk melatih
mahasiswa berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya.
Kegiatan
ini mengharuskan mahasiswa untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat.
Tentunya,
kegiatan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa.
Berkaitan dengan kegiatan tersebut, mahasiswa diberi kesempatan untuk
mengunjungi salah satu panti asuhan yang
berada di daerah Yogyakarta.
Di
panti tersebut, mahasiswa akan berdinamika bersama, berbagi bersama dan juga
membantu mereka dalam melakukan kegiatan harian mereka meskipun dengan waktu
yang cukup singkat.
Untuk melaksanakan CSL, kelompok kami memutuskan untuk mengunjungi
salah satu panti,yaitu panti Helen Keller Wirobrajan. Kami melaksanakan CSL pada
tanggal 15 November 2014. Setelah saya
mendengar informasi tersebut sejujurnya saya sangat penasaran dan kebingungan tentang bagaimana
kehidupan mereka. Dari hal tersebut, saya sangat berantusias untuk mengobati
rasa penasaran saya dan pergi kesana untuk
melihat kondisi anak-anak yang ada di panti asuhan tersebut. Saat kami
datang, kehadiran kami disambut dengan
baik dan kami diberi kesempatan untuk bertemu dengan mereka serta berkenalan
dengan mereka.
Di panti tersebut, kami belajar bersama anak-anak yaitu membimbing dan
membantu mereka dalam kegiatan keseharian mereka seperti memandikan mereka dan
membantu untuk menyuapkan makanan ke mulut mereka. Walau singkat, saya bisa merasakan kebersamaan
mereka dan saya merasa sangat
senang karena bisa membantu teman-teman yang ada di panti tersebut walaupun
tugas yang kami laksanakan tidak begitu rumit. Awalnya memang sangat kaku dan
malu untuk beradaptasi dengan mereka,
apalagi ini merupakan pengalaman
pertama bagi saya untuk mengunjungi tempat tersebut. Karena mereka menerima kami dan mau
berbagi dengan kami, itu membuat
kami tidak canggung dengan mereka.
Karena hal yang paling penting bagi kami adalah bagaimana membuat mereka merasa
nyaman dengan kehadiran kami.
Banyak hal yang saya pelajari dari kehidupan anak-anak di panti,
diantaranya sikap kebersamaan yang terjalin di antara mereka dan juga
kesederhanaan mereka. Selain itu pelajaran lain yang didapat dari mereka bahwa
kekurangan yang dimiliki bukan berarti bahwa itu adalah salah satu factor
penghambat untuk kita merasakan kesenangan dan melakukan aktivitas yang
seharusnya kita lakukan sebagai tugas kita umat manusia.
Dari sanalah, saya belajar
untuk bersyukur dalam segala kondisi dan keadaan kita. Apapun yang diberikan
Tuhan haruslah kita syukuri dan juga jangan mudah menyerah terhadap kondisi
atau apapun itu dan percayalah Tuhan selalu ada untuk menolong kita.
Florentina Pradita Setyaningsih
My Reflection
Satu yang ingin saya ucapkan kepada
Tuhan sebelum menulis refleksi ini yaitu “Syukur”. Syukur luar biasa atas
karunia yang Dia limpahkan kepada saya dan juga kita semua. Panca indera yang
lengkap, perasaan yang peka, bisa merasakan dicinta dan mencintai, dan juga karunia lain
yang dapat saya rasakan.
Sabtu, 15 November lalu, saya dan
teman –teman kelompok 10 D melaksanakan tugas CSL di SLB G / A – B Helen Keller
Indonesia di daerah Wirobrajan. SLB ini melayani mereka yang memiliki kecacatan
ganda. Jujur, awalanya saya ogah –
ogahan untuk melaksanakan CSL ini dan merasa malas. Mau masuk di daerah SLB
saja saya merasa ngeri, karena anak – anak yang akan kami bantu adalah anak
–anak istimewa yang luar biasa. Pagi itu saya masuk ke pintu gerbang dengan
membuat tanda salib dulu untuk menyemangati diri saya. Begitu masuk saya kaget
dengan anak – anak yang bermain di luar. Seorang anak perempuan menghampiri
saya dan ingin menaiki motor saya. Suster segera datang untuk mengajak anak
tersebut turun. Jujur, saya sangat deg – degan luar biasa saat itu. Banyak
terlihat anak – anak yang memiliki mata juling, mata yang tertutup, kelakuan
yang diluar kewajaran hingga anak –anak yang berteriak sendiri. Saya bertanya –
tanya pada diri saya sendiri, apakah saya mampu melewati satu hari ini bersama
mereka atau tidak. Tetapi, melihat teman – teman kelompok saya yang antusias dan semangat,
saya pun turut menyemangati diri saya sendiri. Kegiatan yang kami lakukan
adalah kegiatan klasik. Kami berkenalan dengan pengurus asrama dan juga guru –
guru di SLB. Kami menemani mereka bermain sebelum masuk untuk berdoa. Saya
menghampiri seorang anak yang berkelainan di mata(low vision). Penglihatannya
tidak begitu jelas, berbicara pun dia hanya bisa bergumam. Dia mengajak saya untuk berjalan keluar,
tetapi karena acara jalan – jalan belum dimulai, saya mengajaknya untuk bergabung dengan
teman –teman yang lain. Dia tidak mau, dan terus meronta menyeret tangannku
menuju gerbang. Saya memanggil teman saya untuk mengajak anak ini masuk kembali
ke dalam sekolah. Alangkah kagetnya kami ketika dia tidak mau dan menolak dia
langsung terduduk dan membenturkan kepalanya ke gerbang. Kami berdua langsung
mengajaknya berdiri dan terpaksa kami menyeretnya. Kembali dia terduduk dan
membenturkan kepalanya ke tanah. Guru SLB yang melihat kami kesusahan
mengendalikan anak ini segera datang membantu kami. Saat itu juga saya langsung
pesimis dengan keberhasilan saya membantu di SLB Helen Keller ini selama satu
hari setelah ada kejadian seperti itu.
Kami semua diajak masuk untuk berdoa
sebelum jalan-jalan. Karena SLB Helen Keller yang terletak di perkotaan Yogyakarta ini
berada di bawah naungan Suster – suster PMY, doa dilakukan secara katolik. Yang
membuat saya tertegun dan trenyuh adalah ketika mereka mendoakan doa Bapa Kami
dengan dinyanyikan. Mereka yang bisu, buta dan tuli mendoakannya dengan
isyarat. Sedangkan yang mereka tidak bisu menyanyikannya. Sungguh, luar biasa.
Saya langsung banyak – banyak mengucap syukur kepada Tuhan saat itu juga. Saya
masih bisa melihat, masih bisa mendengar, masih bisa berbicara dan bernyanyi.
Sedangkan mereka? Selanjutnya, anak –anak berjalan – jalan di sekitaran SLB.
Oleh guru SLB, saya diminta untuk menuntun salah satu anak. Saya pun tertarik
dengan seorang anak cowok yang saya taksir berumur 10 tahun. Dari cerita
suster, dia mengalami cacat ganda, yaitu buta, tuli dan juga bisu. Walau
mengalami tersebut, dia adalah anak yang periang dan semangat. Dia
menggandengku untuk berjalan. Selama di jalan, sebenarnya dia ingin mengajakku
berkomunikasi dengan isyarat di tangannya. Namun, dengan pengetahuan bahasa
isyarat yang terbatas saya berusaha mencerna artinya. Semakin lama semakin
aktif dia berkomunikasi, dan saya pun kewalahan. Akhirnya saya katakan ke dia
bahwa saya tidak tahu yang dia bicarakan. Untuk mengatakan hal itu pun, saya
meminta bantuan Bu Guru di SLB tersebut. Melihat tingkahnya yang hiperaktif, mengingatkan saya pada adik saya. Saya jadi
semakin banyak bersyukur, saya memiliki adik yang normal. Mungkin, jika anak
ini normal dia akan menjadi anak yang luar biasa hebat. Kami kembali lagi ke
sekolah pukul 09.45. Dan ternyata akan ada perayaan ulang tahun seorang anak
dari salah satu murid tersebut yang tidak lain adalah anak laki-laki yang
selama jalan –jalan bersama saya. Dia berulang tahun yang kesepuluh. Saya dan
teman – teman membantu menyiapkan pesta dengan menghias ruang aula asrama untuk
dijadikan tempat berpesta. Kegiatan setelah berpesta adalah makan bersama lalu
anak –anak yang tinggal di asrama harus segera berganti baju dan masuk ke kamar
mereka masing – masing untuk tidur siang sampai pukul 15.30. Sedangkan anak
–anak yang pulang, menunggu jemputan ditemani oleh guru mereka. Anak –anak akan
mandi pada pukul 15.30 disusul snack sore.
Selama membantu, saya bertanya –
tanya dengan Guru –guru dan beberapa pengurus SLB dan asramanya. Suka duka
mereka dalam mendidik anak –anak yang istimewa tersebut. Kebanyakan dari mereka
mengatakan bahwa duka mereka adalah saat awal –awal harus menyesuaikan diri
dengan mereka yang luar bisa dan karakteristik mereka yang berbeda – beda.
Mereka juga akan sedih dan kecewa ketika mengetahui orang tua dari mereka yang
ternyata memandang anak mereka ini juga dengan sebelah mata, bahkan terkesan
meninggalkan mereka. Seperti salah seorang anak perempuan yang ada di situ.
Begitu lahir, dia ditinggalkan begitu saja di rumah sakit oleh orang tuanya.
Sampai saat ini, orang tuanya siapa dia tidak tahu. Dia benar –benar yatim
piatu.
Sukanya adalah ketika pengabdian
yang mereka lakukan tidak sia –sia ataupun disia –siakan. Bagi mereka, membantu
anak –anak juga merupakan suatu hiburan tersendiri bagi mereka. Karena tingkah
mereka yang lucu dan istimewa serta berbeda dengan anak –anak pada umumnya.
Jangan salah, mereka pun merespon ketika diajak mengobrol oleh pengurusnya.
Mereka seakan –akan mengerti yang dibicarakan oleh pengurus mereka. Dari pengurus
asrama dan guru – guru SLB tersebut saya belajar untuk sabar dan telaten dalam
mengajari anak. Sungguh, mereka sangat luar biasa dalam membina anak –anak
istimewa tersebut. Mereka begitu perhatian dan dengan telaten melayani anak
–anak tersebut.
Umumnya, mereka adalah anak –anak
luar kota Yogyakarta. Dan umumnya, orang tua mereka adalah orang tua yang
memiliki pangkat hebat dan bisa dikatakan mereka kaya raya. Mereka dititipkan
di asrama selain karena kesibukkan orang tua mereka juga orang tua mereka yang
sulit mendidik mereka. Dari sini saya belajar untuk sangat –sangat bersyukur.
Orang tua saya memang tidak berpangkat dan kaya, tetapi mereka selalu ada untuk
saya dan adik saya. Mereka selalu dengan sepenuh hati mencurahkan kasih sayang
mereka terhadap kami. Dan dari anak –anak SLB ini saya belajar untuk hidup
“nrimo”, hidup bersyukur, berkorban, mandiri, bahkan hidup untuk Tuhan. Saya
belajar nrimo atau menerima keadaan serta kehidupan saya saat ini, seperti
mereka yang seharusnya dapat hidup berlimpah harus bisa hidup berbagi. Lalu
saya bersyukur atas panca indra yang lengkap yang bisa saya gunakan setiap
saat, dapat saya gunakan untuk merasakan dan dapat saya gunakan untuk membantu.
Mereka juga belajar untuk mengorbankan sesuatu, mereka mengorbankan diri mereka
datang ke Asrama untuk belajar dan hidup jauh dari orang tua. Mereka yang
sebenarnya ingin bermanja – manja dan dimanja harus hidup mandiri di tengah
keterbatasan yang mereka miliki. Walau mereka diciptakan dengan kekurangan,
mereka tidak pernah menyalahkan dan menuntut Tuhan atas kekurangan mereka.
Justru mereka selalu hidup untuk Tuhan. Awalnya saya yang merasa malas dan ogah
–ogahan dalam melaksanakan tugas CSL, sejak bertemu dengan mereka, anak –anak
SLB Helen Keller, merasa bahwa tujuan dari kegiatan itu tercapai. Dan
manfaatnya luar biasa besar bagi hidup saya. Sungguh, pengalaman yang luar
biasa yang pertama kali saya rasakan saat itu juga. Tidak henti-hentinya saya
mengucapkan syukur pada Tuhan atas kelengkapan fisik yang saya punya dan juga
batiniah yang saya rasakan. Dan pengalaman luar biasa yang sangat berkesan bagi
saya adalah ketika anak –anak tersebut datang pada saya dan memberikan
penghiburan bagi saya. Semoga mereka selalu disertai Tuhan dalam setiap langkah
hidup mereka, dan siapa pun yang tidak terketuk hatinya ketika melihat mereka,
semoga juga dibukakan hati mereka untuk anak –anak ini. Terutama mereka orang
tua anak ini, semoga mereka sadar anugerah istimewa yang dititipkan Tuhan untuk
mereka jaga. Dan semoga anak – anak ini akan selalu merasa dicintai dan dapat
mencintai.
Terima kasih, Berkah Dalem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar