Biografi Singkat dan Keteladanan Tokoh
·
Mgr.
Albertus Soegijapranata, SJ

Sejarah
singkat kehidupan awal dari Romo Kanjeng yang pasti banyak membuat orang kaget
adalah ketika mengetahui latar belakang keluarga beliau yang muslim dan juga
abdi dalem Kraton Surakarta yaitu keluarga Karijosoedarma. Lahir menajdi anak
kelima dari sembilan bersaudara. Romo Kanjeng menjadi Katolik ketika dia
bersekolah di Muntilan dan bergabung dengan Kolese Xaverius. Dan resmi dibaptis
pada 24 Desember 1910. Memulai keimamannya sebagai vikaris paroki untuk Pr. Van
Driessche di Paroki Kidul Loji, Yogyakarta.
Romo
Kanjeng terkenal dengan pro-nasionalisnya dengan slogan terkenal, “100%
Katolik, 100% Indonesia.” Sosoknya begitu di kenal ketika terjadi gencatan
senjata Jepang yang masuk ke Indonesia. Keteladanan yang begitu dalam menurut
saya adalah ketika saya membaca sekilas dalam sebuah blog, dikatakan bahwa Rm.
Soegijapranata yang begitu memperhatikan orang – orang kecil dan terpinggirkan.
Terutama ketika mengetahui ada seorang Ibu yang berada di antara perang 5 hari
yang beberapa hari tidak makan sehingga membuatnya tak sanggup menyusui anaknya
karena air susunya kering. Juga pembelaannya ketika Gereja Randusari, Semarang
yang akan disita Jepang untuk dijadikan Markas, sekejap beliau mengatakan, “Ini
adalah tempat suci. Saya tidak akan memberi izin. Penggal dulu kepasa saya maka
tuan baru boleh memakainya”. Pernyataannya terkesan mengkronvortasi Jepang,
namun pembelaannya sangat berarti bagi banyak orang.
Dalam
revolusi nasional, Romo Kanjeng banyak menulis mengenai banyak hal tentang
komunisme dan berusaha untuk mengembangkan pengaruh katolik untuk berjuang demi
negara mereka dan berusaha meningkatkan pengakuan Indonesia di dunia luas.
Selain
itu, keteladanan lain yang dapat ditiru dari Romo Kanjeng adalah sikap
kesetiakawanannya dan rasa persahabatan yang tinggi. Seperti yang dicontohkan
beliau dengan keluarga dari Bung Karno. Beliau mengurus segala keperluan
keluarga Bung Karno selama ada di pembuangan. Juga prinsip – prinsip Romo
Kanjeng dalam hidup, yaitu Prinsip kecintaan kepada Tanah Air Indonesia dan
kecintaan terhadap Gereja, Prinsip Kesatuan, Kebebasan, dan Kasih hingga
pemihakan pada orang miskin. Selain itu beliau juga meneladankan sikap dan
menunjukkan kemampuan untuk berdiplomasi dengan banyak pihal tanpa
memperhitungkan batas – batas berbasis agama dan etnisitas yang berbeda.
Intinya, kita semua yang ada di Indonesia adalah satu kesatuan dan juga
memiliki hak yang sama.
Karena
keteladanan yang dapat ditiru dari Romo Kanjeng, beberapa orang tertarik untuk
membuat film tentang “Soegija” dan film itu terealisasi tahun 2012 lalu. Banyak
pihak menanyakan rentang waktu yang lama sampai saat film itu dimunculkan,
mereka menghitung kurang lebih ada 49 tahun dari pengangkatan Romo Kanjeng
menjadi Pahlawan Nasional. Harusnya, sejarah mesti meletakkan peran Romo
Kanjeng sebagai tokoh Gereja juga contoh anak bangsa dari golongan bumi putera
(inlander : pribumi) yang di balik upaya besar berusaha menggelorakan semangan
silent diplomacy untuk merebut empati dan simpati dunia Internasional terhadap
negaranya, Indonesia.
Untuk
mengetahui lebih dalam keteladanan apalagi yang dapat dilihat dari Romo
Kanjeng, Rm. Gregorius Budi Subanar dengan kerendahan hati melakukan studi
riset tentangnya dan ditulisnya dalam buku berjudul Soegija: Si Anak Betlehem van Jawa .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar