Jumat, 29 Mei 2015

Ringkasan Singkat Cerebral Palsy



Cerebral palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena kerusakan otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh seseorang akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya. Kerusakan otaknya juga akan mempengaruhi keseimbangan tubuh juga pada keterampilan motorik halusnya atau kasarnya dan bahkan fungsi motorik oralnya.
            Kelainan yang disebabkan adanya kerusakan otak ini tidak dapat disembuhkan atau dibentuk normal kembali karena sifatnya yang permanen dan sulit untuk diperbaiki. Yang berarti bahwa belum ditemukannya obat atau bahan pemulih bagi mereka yang mengalami kelainan karena kerusakan otak. Namun, untuk membantu dalam pengelolaan tubuh yang menderita cerebral palsy, terapi menjadi salah satu hal yang diperlukan.
            Cerebral palsy tidak akan berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk selama masa hidupnya. Akan tetapi, jika kondisi asosiatifnya tidak mendapat perawatan yang intensif serta benar dan disesuaikan dengan tingkatan kerusakan otak seseorang penderita tersebut, kondisinya akan menjadi buruk dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, mereka yang menderita cerebral palsy membutuhkan terapi pengobatan seperti operasi, obat-obatan serta teknologi yang dapat membantu mereka memaksimalkan kemandirian, mengurangi kesulitan yang menjadi hambatan mereka, dan meningkatkan inklusi mereka, karena hal itulah yang membantu mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Dalam kebanyakan kasus cerebral palsy yang terjadi, kerusakan otak seorang penderita terjadi pada saat otak sedang mengalami perkembangannya.
            Efek besar bagi penderita cerebral palsy adalah mereka mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuhnya akibat koordinasi dan keseimbangan yang tidak bisa mereka dapatkan. Ini terjadi akibat adanya kesalahan dari otot-otot yang menerima perintah karena motor korteks serebral mereka tidak berkembang secara normal kemungkinan pada saat perkembangan janin. Kemudian penderita mengalami cedera otak baik sebelum, selama atau setelah bayi lahir.
            Penyebab dari Cerebral palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan). Kasus-kasus tersebut dapat di lihat sebagai berikut :
1.      PRANATAL ( Proses ketika bayi berada di dalam kandungan)
Pada saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang menyebabkan otak bayi menjadi abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat terjadi apabila ibu hamil terkena infeksi toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air, atau herpes sangat rentan sekali mempengaruhi keadaan bayi di dalam kandungan. Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami masalah perkembangan jaringan otak. 75% dari kasus CP terjadi saat berada dalam masa Pranatal seperti itu.

2.      PERINATAL (Proses Persalinan)
Ketika bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang lama bahkan sulit kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan terjadi luka di kepala bayi juga dapat dijadikan penyebab terjadinya cerebral palsy. Kemudian terjadi tali pusar yang melilit bayi yang menyebabkan bayi kesulitan bernapas dapat menyebabkan cedera otak akibat kekurangan asupan oksigen yang membuat bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan. Bayi prematur juga rentan terkena infeksi otak dan pendarahan otak. Kasus CP pada masa Perinatal ini terjadi sampai 10-15%.

3.      PASCANATAL (Proses sesudah dilahirkan/di luar kandungan)
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg akan rentan terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya cerebral palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan infeksi otak seperti meningitis, radang selaput otak lalu mengalami panas tinggi dan juga mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya seperti terjatuh yang kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak sehingga menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya CP. Bayi yang kekurangan asupan oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui penyebabnya juga merupakan faktor dari cerebral palsy dan 10% kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca dilahirkan ke dunia.
Mereka yang menderita cerebral palsy tidak serta-merta gejalanya dapat dilihat begitu saja setelah bayi dilahirkan. Ciri-ciri cerebral palsy akan diketahui saat bayi berusia hampir satu tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi. Dan ciri-ciri yang biasa tampak pada anak pengidap cerebral palsy antara lain :
a.                                 Gangguan Tonus Otot
Ciri ini akan begitu mencolok terlihat karena mereka yang mengidap cerebral palsy akan mengalami kesulitan dalam mengontrol kemampuan otot mereka untuk bekerja sama dalam mempertahankan stabilitas tubuhnya. Otot-otot mereka akan melakukan koordinasi dengan otot lain yang menjadi pasangannya untuk berkontraksi dalam bekerja atau sekadar rileks. Walaupun hanya melakukan gerakan yang sederhana seperti duduk, hal ini juga membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak, di mana satu sisi berkontraksi dan sisi lain mengendur (rileks). Cedera otak atau pun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab CP akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.
Tonus otot yang normal mempunyai efek pada kemampuan tungkai untuk bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan sehingga memungkinkan orang itu untuk duduk, berdiri, dan menjaga posturnya tanpa bantuan. Kelainan tonus otot ini dapat terjadi saat melakukan koordinasi. Hal yang yang terjadi, otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama. Ketika ini terjadi, otot yang bekerja secara berpasangan mengalami kontraksi secara bersamaan dan bahkan refleks bersamaaan sehingga terjadi ketidak keseimbangan pada pergerakan otot tersebut. (ms
Meski hanya melakukan gerakan yang sederhana, misalnya duduk, membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak yang satu sisi harus berkontraksi dan sisi lain harus mengendur (rileks). Cedera otak ataupun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab cp akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.

Tonus otot yg normal akan berefek pada kemampuan tungkai untuk bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan, memungkinkan seseorang untuk duduk, berdiri dan menjaga postur tanpa bantuan. Kelainan tonus otot terjadi pada saat melakukan koordinasi. Saat hal ini terjadi,

Otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama . Ketika ini terjadi , otot yg bekerja secara berpasangan, misalnya biceps dan triceps, mungkin berkontraksi bersamaan, atau justru rileks dua-duanya. Otot penyangga tulang belakang mungkin terlalu rileks, yg membuat control batang tubuh kesulitan untuk tegak, postur yg buruk dan kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri.

 Anak cp mempunyai kombinasi tanda-tanda sebagai berikut. Adanya perbedaan anggota gerak diakibatkan oleh perbedaan kerusakan di sruktur otak.dua gejala utama dari tonus abnormal adalah hypotonia dan hypertonia, tetapi, tonus dapat dijelaskan pula dengan cara perbandingan berikut :
·         Hypotonia; penurunan tonus otot atau ketegangannya (flasid, rileks atau floppy)
·         Hipertonia, meningkatnya tonus otot / ketegangan (lengan / tungkai menjadi kaku)
·         Distonia, naik turunnya tonus otot
·         Campuran , adanya hipotonus pada otot penyangga postur tubuh, sementara lengan dan tungkai hipertonus
·         Spasme otot, kontraksi otot yg tidak disadari, biasanya ada nyeri
·         Kaku sendi, sendi yg terkunci sehingga mencegah gerakan leluasa
·         Tonus leher dan batang tubuh abnormal- menurun menjadi hipotonia atau meninggi menjadi hipertonia sesuai tipe kelainan cp nya
·         Klonus : spasme otot dengan kontraksi biasa. Ada di ankle dan telapak tangan

b.                  Gangguan Kontrol Gerakan dan Koordinasi
Gangguan pada tonus otot mempengaruhi gerakan tubuh dan anggota gerak, sehingga semua anak cp akan bisa merasakan control otot dan koordinasinya yg buruk. Gangguan control gerakan ortot dapat menyebabkan komplikasi anggota gerak yang selalu lurus / ekstensi, berkontraksi terus menerus, selalu bergerak atapun pola ritmik menyerupai spastic.
Gejala lain akan lebih terlihat saat anak dalam kesulitan / stress, juga pada saat diberikan tugas motorik seperti mengambil dan meraih objek. Kadang –kadang gejala tidak terlihat saat anak tertidur dan otot menjadi rileks.
Berikut adalah beberapa pengalaman kelainan control otot pada anggota gerak yg berlawanan. Koordinasi dan control dapat berimbas pada anggota gerak yg berbeda. Gannguan koordinasi dan gerakan tidak terjadi pada hal-hal berikut:
·      Gerakan spastic-gerakan hipertonik dimana otot terlalu kuat berkontraksi sehingga menghasilkan spasme, menyilangnya kedua kaki, adanya klonus, pemendekan serabut otot, kaku sendi dan fleksi tungkai berlebihan.
·      Atetoid atau gerakan diskinetik, tonus otot yg fluktuatif menyebabkan tidak terkontrol, kadang lambat, gerakan menggeliat yg dpt diperparah oleh stress.
·      Gerakan ataksia, kesulitan mempertahankan keseimbangan dan koordinasi saat mengerjakan tugas, seperti menulis, menggosok gigi, mengancingkan baju, memakai sepatu, dan memasukkan anak kunci ke lubangnya
·      Gerakan mix /campuran, banyak terjadi gangguan kombinasi antara spastic dan atetoid, berpengaruh ke anggota gerak.
·      Gangguan pola jalan, kesulitan dalam mengontrol cara berjalan anak. gangguan pola jalan termasuk:                                                              
·         telapak kaki depan kedalam
·         telapak kaki depan keluar
·         menumpukan berat badan pada salah satu kaki
·         berjalan jinjit
·         berjalan membungkuk dengan bahu dan kepala kedepan.
·         berjalan dengan kedua paha menempel kedalam seperti bentuk gunting
·         berjalan diseret dikarenakan tungkai spastik
·         berjalan diseret karena telapak kaki tidak fleksibel
·         berjalan bebek; yaitu kedua kaki agak ditekuk untuk mempertahankan keseimbangan, sementara perut agak kedepan

c.         Gangguan Refleks
Reflex adalah gerakan tidak disadari dari tubuh sebagai respons dari sebuah stimulus/rangsangan. Reflex tertentu akan muncul pada saat lahir atau beberapa bulan setelah lahir  lalu hilang secara terprediksi sebagai tanda perkembangan bayi. Pada reflex tertentu tidak akan hilang pada anak cerebral palsy.
Beberapa reflex tertentu mengindikasikan kelainan cep. Hiper refleksia yaitu merupakan tanda eksesif  yang menyebabkan kedutan dan spastisitas. Kurang berkembangnya reflex postural dan reflex protektif  adalah rambu-rambu tanda perkembangan abnormal, termasuk cp.
Reflex primitive abnormal  tidak terjadi pada anak cp, atau tidak terlihat  secara spesifik  seperti yang nampak pada anak dengan perkembangan normal. Reflex primitive yg biasanya  tidak berfungsi dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar