Cerebral
palsy adalah sebutan yang diberikan para medis pada mereka yang terkena
kerusakan otak. Karena adanya kerusakan otak inilah, gerakan tubuh seseorang
akan terpengaruh kontrol dan koordinasinya pada otot, gerakan refleks serta
tonusnya, berpengaruh besar pada bentuk tubuh dan posturya. Kerusakan otaknya
juga akan mempengaruhi keseimbangan tubuh juga pada keterampilan motorik
halusnya atau kasarnya dan bahkan fungsi motorik oralnya.
Kelainan yang disebabkan adanya
kerusakan otak ini tidak dapat disembuhkan atau dibentuk normal kembali karena
sifatnya yang permanen dan sulit untuk diperbaiki. Yang berarti bahwa belum
ditemukannya obat atau bahan pemulih bagi mereka yang mengalami kelainan karena
kerusakan otak. Namun, untuk membantu dalam pengelolaan tubuh yang menderita
cerebral palsy, terapi menjadi salah satu hal yang diperlukan.
Cerebral palsy tidak akan berubah
menjadi lebih baik atau lebih buruk selama masa hidupnya. Akan tetapi, jika
kondisi asosiatifnya tidak mendapat perawatan yang intensif serta benar dan
disesuaikan dengan tingkatan kerusakan otak seseorang penderita tersebut,
kondisinya akan menjadi buruk dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, mereka
yang menderita cerebral palsy membutuhkan terapi pengobatan seperti operasi,
obat-obatan serta teknologi yang dapat membantu mereka memaksimalkan kemandirian,
mengurangi kesulitan yang menjadi hambatan mereka, dan meningkatkan inklusi
mereka, karena hal itulah yang membantu mereka untuk meningkatkan kualitas
hidup mereka. Dalam kebanyakan kasus cerebral palsy yang terjadi, kerusakan
otak seorang penderita terjadi pada saat otak sedang mengalami perkembangannya.
Efek besar bagi penderita cerebral
palsy adalah mereka mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan tubuhnya
akibat koordinasi dan keseimbangan yang tidak bisa mereka dapatkan. Ini terjadi
akibat adanya kesalahan dari otot-otot yang menerima perintah karena motor
korteks serebral mereka tidak berkembang secara normal kemungkinan pada saat
perkembangan janin. Kemudian penderita mengalami cedera otak baik sebelum,
selama atau setelah bayi lahir.
Penyebab dari Cerebral palsy ini
dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam
kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal
(sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan). Kasus-kasus tersebut
dapat di lihat sebagai berikut :
1.
PRANATAL ( Proses ketika bayi berada di dalam kandungan)
Pada
saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan
pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang menyebabkan otak bayi
menjadi abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat terjadi apabila ibu hamil terkena
infeksi toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air, atau herpes sangat rentan sekali
mempengaruhi keadaan bayi di dalam kandungan. Hal ini akan menyebabkan bayi
mengalami masalah perkembangan jaringan otak. 75% dari kasus CP terjadi saat
berada dalam masa Pranatal seperti itu.
2.
PERINATAL (Proses Persalinan)
Ketika
bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang lama bahkan sulit
kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan terjadi luka di
kepala bayi juga dapat dijadikan penyebab terjadinya cerebral palsy. Kemudian
terjadi tali pusar yang melilit bayi yang menyebabkan bayi kesulitan bernapas
dapat menyebabkan cedera otak akibat kekurangan asupan oksigen yang membuat
bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan. Bayi prematur juga rentan
terkena infeksi otak dan pendarahan otak. Kasus CP pada masa Perinatal ini
terjadi sampai 10-15%.
3.
PASCANATAL (Proses sesudah dilahirkan/di luar kandungan)
Bayi
yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg akan
rentan terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya cerebral palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan infeksi otak
seperti meningitis, radang selaput otak lalu mengalami panas tinggi dan juga
mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya seperti terjatuh yang
kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak sehingga
menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya CP. Bayi yang kekurangan asupan
oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui penyebabnya juga merupakan
faktor dari cerebral palsy dan 10% kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca
dilahirkan ke dunia.
Mereka
yang menderita cerebral palsy tidak serta-merta gejalanya dapat dilihat begitu
saja setelah bayi dilahirkan. Ciri-ciri cerebral palsy akan diketahui saat bayi
berusia hampir satu tahun, karena umumnya mereka mengalami ganggungan ortopedi.
Dan ciri-ciri yang biasa tampak pada anak pengidap cerebral palsy antara lain :
a.
Gangguan Tonus Otot
Ciri
ini akan begitu mencolok terlihat karena mereka yang mengidap cerebral palsy
akan mengalami kesulitan dalam mengontrol kemampuan otot mereka untuk bekerja
sama dalam mempertahankan stabilitas tubuhnya. Otot-otot mereka akan melakukan
koordinasi dengan otot lain yang menjadi pasangannya untuk berkontraksi dalam
bekerja atau sekadar rileks. Walaupun hanya melakukan gerakan
yang sederhana seperti duduk, hal ini juga membutuhkan koordinasi beberapa otot
penggerak, di mana satu sisi berkontraksi dan sisi lain mengendur (rileks).
Cedera otak atau pun malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab
CP akan merusak kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.
Tonus otot yang normal mempunyai efek pada kemampuan tungkai untuk
bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan sehingga memungkinkan orang itu untuk
duduk, berdiri, dan menjaga posturnya tanpa bantuan. Kelainan tonus otot ini
dapat terjadi saat melakukan koordinasi. Hal yang yang terjadi, otot tidak
memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi bersama-sama. Ketika ini
terjadi, otot yang bekerja secara berpasangan mengalami kontraksi secara
bersamaan dan bahkan refleks bersamaaan sehingga terjadi ketidak keseimbangan
pada pergerakan otot tersebut. (ms
Meski hanya melakukan gerakan yang sederhana, misalnya duduk,
membutuhkan koordinasi beberapa otot penggerak yang satu sisi harus
berkontraksi dan sisi lain harus mengendur (rileks). Cedera otak ataupun
malformasi (kegagalan pembentukan organ) sebagai penyebab cp akan merusak
kemampuan susunan syaraf pusat dalam mengontrol gerakan otot.
Tonus otot yg normal akan berefek pada kemampuan tungkai untuk
bergerak dan berkontraksi tanpa kesulitan, memungkinkan seseorang untuk duduk,
berdiri dan menjaga postur tanpa bantuan. Kelainan tonus otot terjadi pada saat
melakukan koordinasi. Saat hal ini terjadi,
Otot tidak memadai terjadi ketika otot tidak berkoordinasi
bersama-sama . Ketika ini terjadi , otot yg bekerja secara berpasangan,
misalnya biceps dan triceps, mungkin berkontraksi bersamaan, atau justru rileks
dua-duanya. Otot penyangga tulang belakang mungkin terlalu rileks, yg membuat
control batang tubuh kesulitan untuk tegak, postur yg buruk dan kesulitan
bergerak dari duduk ke berdiri.
Anak cp mempunyai kombinasi
tanda-tanda sebagai berikut. Adanya perbedaan anggota gerak diakibatkan oleh
perbedaan kerusakan di sruktur otak.dua gejala utama dari tonus abnormal adalah
hypotonia dan hypertonia, tetapi, tonus dapat dijelaskan pula dengan cara
perbandingan berikut :
·
Hypotonia; penurunan tonus
otot atau ketegangannya (flasid, rileks atau floppy)
·
Hipertonia, meningkatnya
tonus otot / ketegangan (lengan / tungkai menjadi kaku)
·
Distonia, naik turunnya
tonus otot
·
Campuran , adanya hipotonus
pada otot penyangga postur tubuh, sementara lengan dan tungkai hipertonus
·
Spasme otot, kontraksi otot
yg tidak disadari, biasanya ada nyeri
·
Kaku sendi, sendi yg
terkunci sehingga mencegah gerakan leluasa
·
Tonus leher dan batang tubuh
abnormal- menurun menjadi hipotonia atau meninggi menjadi hipertonia sesuai
tipe kelainan cp nya
·
Klonus : spasme otot dengan
kontraksi biasa. Ada di ankle dan telapak tangan
b.
Gangguan Kontrol Gerakan dan
Koordinasi
Gangguan pada tonus otot mempengaruhi gerakan tubuh dan anggota
gerak, sehingga semua anak cp akan bisa merasakan control otot dan
koordinasinya yg buruk. Gangguan control gerakan ortot dapat menyebabkan
komplikasi anggota gerak yang selalu lurus / ekstensi, berkontraksi terus
menerus, selalu bergerak atapun pola ritmik menyerupai spastic.
Gejala lain akan lebih terlihat saat anak dalam kesulitan /
stress, juga pada saat diberikan tugas motorik seperti mengambil dan meraih
objek. Kadang –kadang gejala tidak terlihat saat anak tertidur dan otot menjadi
rileks.
Berikut adalah beberapa pengalaman kelainan control otot pada
anggota gerak yg berlawanan. Koordinasi dan control dapat berimbas pada anggota
gerak yg berbeda. Gannguan koordinasi dan gerakan tidak terjadi pada hal-hal
berikut:
·
Gerakan spastic-gerakan
hipertonik dimana otot terlalu kuat berkontraksi sehingga menghasilkan spasme,
menyilangnya kedua kaki, adanya klonus, pemendekan serabut otot, kaku sendi dan
fleksi tungkai berlebihan.
·
Atetoid atau gerakan
diskinetik, tonus otot yg fluktuatif menyebabkan tidak terkontrol, kadang
lambat, gerakan menggeliat yg dpt diperparah oleh stress.
·
Gerakan ataksia, kesulitan
mempertahankan keseimbangan dan koordinasi saat mengerjakan tugas, seperti
menulis, menggosok gigi, mengancingkan baju, memakai sepatu, dan memasukkan
anak kunci ke lubangnya
·
Gerakan mix /campuran,
banyak terjadi gangguan kombinasi antara spastic dan atetoid, berpengaruh ke
anggota gerak.
·
Gangguan pola jalan,
kesulitan dalam mengontrol cara berjalan anak. gangguan pola jalan
termasuk:
·
telapak kaki depan kedalam
·
telapak kaki depan keluar
·
menumpukan berat badan pada
salah satu kaki
·
berjalan jinjit
·
berjalan membungkuk dengan
bahu dan kepala kedepan.
·
berjalan dengan kedua paha
menempel kedalam seperti bentuk gunting
·
berjalan diseret dikarenakan
tungkai spastik
·
berjalan diseret karena
telapak kaki tidak fleksibel
·
berjalan bebek; yaitu kedua
kaki agak ditekuk untuk mempertahankan keseimbangan, sementara perut agak
kedepan
c.
Gangguan Refleks
Reflex adalah gerakan tidak disadari dari tubuh sebagai respons
dari sebuah stimulus/rangsangan. Reflex tertentu akan muncul pada saat lahir
atau beberapa bulan setelah lahir lalu
hilang secara terprediksi sebagai tanda perkembangan bayi. Pada reflex tertentu
tidak akan hilang pada anak cerebral palsy.
Beberapa reflex tertentu mengindikasikan kelainan cep. Hiper
refleksia yaitu merupakan tanda eksesif
yang menyebabkan kedutan dan spastisitas. Kurang berkembangnya reflex
postural dan reflex protektif adalah
rambu-rambu tanda perkembangan abnormal, termasuk cp.
Reflex primitive abnormal
tidak terjadi pada anak cp, atau tidak terlihat secara spesifik seperti yang nampak pada anak dengan
perkembangan normal. Reflex primitive yg biasanya tidak berfungsi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar