Sabtu, 30 Mei 2015

Makalah Mata Kuliah Keterampilan Menulis Indah




FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA
MINAT BACA PADA ANAK
Ditulis untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Ganjil pada mata kuliah: 
Keterampilan Menulis Ilmiah

Dosen Pengampu :
Dr. Christina Dewi Tri Murwani, M.Hum.


Disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Florentina Pradita Setyaningsih
NIM                    : 131134196
Kelas                   : 1 D / PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013


Tema :
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT ANAK DALAM MEMBACA
1.      Faktor apa saja yang menghambat seorang anak dalam membaca?
2.      Adakah peran orang tua terhadap  membaca pada anak?
3.      Bagaimana cara meningkatkan rasa ingin membaca pada anak?
4.      Apakah unggulnya seorang siswa juga dipengaruhi akibat gemar membaca?

Judul:
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT
BACA PADA ANAK

I.                  ABSTRAK
Membaca adalah kegiatan yang menguntungkan, karena dengan membaca seseorang dapat memiliki wawasan yang luas dan juga konsep pemikiran seseorang akan menjadi terbuka. Dengan membaca dapat mengetahui isi dunia ini dengan mudah. Membaca bukanlah hal yang susah sebenarnya. Untuk anak usia SD, yang perlu diketahui sebenarnya adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambatnya, kemudian membuat daftar solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan itu. Bukan hanya itu, perlu mengetahui pula cara-cara untuk menangani anak-anak yang sekiranya  memerlukan perhatian khusus.
Peran orang tua yang aktif terhadap perkembangan pendidikan anak juga sangat penting. Biasanya, orang tua yang turut gemar membaca juga dapat merangsang anak untuk suka membaca. Kumpulan buku-buku di rumah juga dapat membuat anak merasa ingin membaca. Anak yang gemar membaca akan
Jadi, membaca itu perlu bagi setiap kalangan orang.







II.               PENDAHULUAN
Membaca adalah kegiatan yang menyenangkan sebenarnya. Duduk, membuka buku, kemudian membaca isi buku tersebut, dan  lalu menelaah isi dari buku tersebut. Tentulah ilmu yang didapat dari kegiatan tersebut. Bukan hal yang susah sebenarnya. Namun, dewasa ini, banyak ditemukan kasus mengenai pelajar yang malas membaca. Bukan hanya dari pelajar yang sudah besar seperti mahasiswa, anak SMA, melain juga anak-anak SD. Hal ini sangat memprihatinkan. Karena, di SD-lah seseorang memiliki dasar untuk maju ke depan.
Habbit membaca atau umumnya dikenal dengan kebiasaan membaca, sebenarnya perlu diterapkan sejak kanak-kanak. Hal ini perlunya menjadi perhatian oleh banyak pihak. Terlebih lagi oleh Guru Sekolah Dasar. Selain itu, orang tua juga seharusnya turut berperan aktif dalam meningkatkan kegemaran membaca sang anak. Jika generasi saat ini anak tidak mau membaca atau malas membaca, akan menjadi seperti apa generasi-generasi penerus selanjutnya ini.  
Sebenarnya, dengan membaca seseorang memperoleh wawasan yang begitu luas dan juga konsep pemikiran seseorang yang membaca suatu buku akan menjadi lebih terbuka. Penulis memilih tema mengenai kegemaran anak membaca karena merasa saat ini banyak anak yang malas membaca. Hal ini dibuktikan saat berhadapan dengan anak-anak SD yang diminta untuk membaca. Mereka lebih asyik bermain-main daripada membaca. Kemajuan teknologi zaman sekarang, harusnya dapat menjadi pemacu anak untuk semakin rajin membaca.
Dalam makalahnya ini, penulis akan lebih detailnya mencari tahu faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan anak dalam membaca, dan juga sebisa mungkin akan mencari solusi yang tepat dari setiap problem yang ada. Penulis melakukan hal ini melalui studi pustaka dan juga pengamatan. Sehingga Studi Kasus mengenai Hal ini dapat terpecahkan dengan baik.

RUMUSAN MASALAH
1.      Faktor apa saja yang menghambat seorang anak gemar membaca?
2.      Adakah peran orang tua untuk menerapkan gemar membaca pada anak?
3.      Bagaimana cara meningkatkan rasa gemar membaca pada anak?
4.      Apakah unggulnya seorang siswa juga dipengaruhi akibat gemar membaca?



TUJUAN PENULISAN
Tujuan Penulisan makalah ini bagi beberapa orang dapat berbeda, dengan demikian penulis membagi tujuan penulisannya.
1.      Bagi Penulis
Makalah ini ditulis atau disusun guna memenuhi tugas yang diberikan dosen, sebagai pengganti ujian tertulis dalam Ujian Akhir Semester. Selain itu, bagi diri penulis pribadi, makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa.
2.      Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas mengenai faktor-faktor penghambat seseorang untuk gemar membaca dan teknik membaca apa saja yang dapat digunakan dalam mengajar anak Sekolah Dasar. Selain itu juga dapat difungsikan sebagai bahan penambah wawasan.



















III.           PEMBAHASAN
Membaca adalah kegiatan yang tentunya sangat berkaitan erat dengan bahasa. Dan bahasa adalah kode yang disepakati oleh masyarakat sosial yang mewakili ide-ide melalui penggunaan simbol-simbol arbitrer dan kaidah-kaidah yang mengatur kombinasi simbol-simbol tersebut (Bernstein dan Tigerman, 1993). Bahasa merupakan suatu sistem kombinasi sejumlah komponen kaidah yang kompleks. Bloom dan Lahey (1978) memandang bahasa sebagai suatu kombinasi antara tiga komponen utama: bentuk, isi dan penggunaan. Bentuk suatu ujaran dalam bahasa lisan dapat digambarkan berdasarkan bentuk fonetik dan akustiknya, tetapi bila kita hanya menggambarkan bentuknya saja, maka kita akan terbatas pada penggambaran bentuk atau kontur fitur permukaan ujaran saja. Ini biasanya dilakukan berdasarkan unit fonologi (bunyi atau struktur bunyi), morfologi (unit-unit makna berupa kata atau infleksi), dan sintaks (kombinasi antara berbagai unit makna). Isi bahasa adalah maknanya atau semantik (yaitu representasi linguistik dari apa yang diketahui seseorang tentang dunia benda, peristiwa dan kaitanny)a. Representasi linguistik tentang isi bahasa tergantung pada kode (yaitu suatu sistem isyarat arbitrer yang konvensional) yang memberi bentuk kepada bahasa (Bloom dan Lahey, 1978).
Masalah dalam kemampuan mengembangkan kemampuan bahasa yang sesuai usia di dalam berbagai dimensi bahasa biasanya akan menimbulkan masalah dalam pengembangan kemampuan membaca dan menulis yang sesuai usia. Masalah-masalah ini mungkin terkait dengan perkembangan membaca pada berbagai tingkatan. Kesulitan dalam dimensi bentuk dapat mengakibatkan masalah dalam “memecahkan” kode bacaan. Anak yang bermasalah dalam mengembangkan pengetahuan tentang bentuk bahasanya dapat bermasalah dalam memahami struktur bunyi dan dalam memahami hubungan huruf-bunyi yang diperlukan untuk “memecahkan kode” bahasa tulis. Di pihak lain, anak yang berkesulitan memahami isi bahasa mungkin akan dapat “memecahkan kode” dengan mudah, tetapi mereka mungkin berkesulitan dalam memahami apa yang dibacanya. Siswa juga mungkin berkesulitan dalam membaca karena mereka berkesulitan dalam menggunakan bahasa. Tujuan pengajaran membaca adalah membaca untuk belajar (atau membaca untuk kesenangan). Pembaca harus dapat masuk ke dalam semacam dialog dengan penulis. Untuk belajar dan mengerti suatu teks diperlukan pengembangan strategi untuk memahami maksud penulis. Teks yang berbeda memerlukan strategi yang berbeda untuk memahaminya.
Pada tahap awal perkembangan membaca, tentunya anak harus terlebih dahulu mengenal mengenai sistem alfabetik bahasanya, baik yang berupa susunan abjad, bentuk huruf maupun bunyi yang direpresentasikan. Dalam tahap awal ini, kemampuan anak mengkonversi simbol ke dalam bunyi yang tepat berlangsung lambat. Hal ini terjadi karena pengidentifikasian kata anak masih harus memerlukan informasi lain berdasar pengalaman mereka untuk mengenal kata (Perfetti dalam Torgessen dkk, 1992).
Salah satu kelemahan terbesar sekolah tampaknya adalah kekakuan guru dalam hal mengajarkan sebuah mata pelajaran khususnya keterampilan membaca. Guru memberikan materi biasanya melalui perpaduan antara ceramah, penggunaan papan tulis, buku pelajaran, dan lembar latihan dan bila anak-anak tidak memahaminya, maka itu adalah masalah mereka, bukan masalah guru (Amstrong).
Menurut Ratna Megawangi (2006) metode pembelajaran di kelas banyak yang menyalahi teori-teori perkembangan anak. Hasilnya adalah generasi yang tidak percaya diri. Begitu banyak orang tua merasa bahwa suasana pembelajaran di sekolah sering kurang mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak, akhirnya banyak anak yang stress dan kehilangan kreativitas alamiahnya. Sebelum mencari solusi bagaimana seharusnya metode yang tepat untuk pembelajaran sang anak, lebih tepat jika mengetahui secar detail apa saja yang menjadi faktor penghambat anak dalam perkembangan membaca anak .

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan membaca pada anak SD
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak. Menurut Lamb dan Arnold (1976) faktor-faktor tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan prikologi. Berikut adalah penjelasan dari setiap sub titlenya :
I.                   Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas.
Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok-gosok matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap gangguan yang di`lami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalaha anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak-anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan.
Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka – angka, dan kata-kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak.
II.                Faktor Intelektual
Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris dan Sipay menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan posirif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi eenjadi pembaca yang baik.
III.             Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup, antara lain :
a.)    Latar belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk erfikir , dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya , orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah saja. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan tekanan pada anak-anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak-anak. Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada perubahan yang tiba-tiba terjadi pada anak.
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak – anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca.
Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.
b.)     Faktor sosial ekonomi
Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak-anak mereka siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan kagiatan membaca anak secara terus-menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian daripada uang. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan pengaaman membaca dengan anak-anak. Sebaliknya, anak-anak yang berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan-kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang baik.
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.
IV.             Faktor Psikologis
Faktor lain yang mempengaruhi juga kemajuan kemampuan anak dalam membaca adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, serta kematangan sosial emosi,dan penyesuaian diri. Berikut adalah sedikit penjelasan tentang masing-masing faktor tersebut.
a.)     Motivasi
Motivasi ialah faktor kunci utama dalam belajar membaca. Eanes mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Agar murid dapt termotivasi guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang baik dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.
Crawley dan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa.
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa. Di samping itu, suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan lebih memotivasi siswa agar belajar lebih intensif untuk membaca. Seseorang tidak berminat membaca kalau dalam keadaan tertekan. Untuk usia dini bisa diwujudkan dalam bentuk permainan, sedangkan pada siswa kelas tinggi bermain dapat dikembangkan melalui eksperimen. Misalnya, setelah membaca materi bacaan yang menjelaskan tentang petunjuk membuat pesawat terbang dari kertas, kemudian siswa mencoba memodifikasinya sehingga pesawatnya bisa terbang lebih jauh.
b.)     Minat
Minat baca merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dengan kemauannya untuk mendapat bahan bacaan lalu membacanya atas kesadarannya dan kemauannya sendiri.
Sebisa mungkin, guru memotivasi siswa agar mau membaca. Misalnya saja dengan mengajak siswa ke perpustakaan saat kegiatan belajar sedang berlangsung. Kemudian meminta mereka untuk mencari buku bergambar yang terdapat ceritanya. Hal ini akan mampu memancing kemauan siswa dalam membaca. Dan hal ini akan dilanjutkannya terus menerus. Sehingga dapat diketahui, untuk siswa-siswa yang rajin membaca, biasanya akan unggul dalam pelajaran di kelas.
c.)    Kematangan sosial dan emosi serta penyesuaian diri
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak dalam memahami bacaan akan meningkat.
Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru.


IV.           KESIMPULAN
Tingkah laku dan karakter masing-masing anak memang berbeda. Yang perlu menjadi perhatian bagi seorang guru adalah konsep pemahaman anak-anak didik mereka yang juga bermacam-macam. Menjadi seorang guru haruslah peka terhadap siswanya, kemudian harus telaten dan sabar dalam mengajari anak didiknya tersebut. Untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus perlulah juga perhatian yang khusus dan lebih dari anak-anak yang normal lainnya. Sehingga si anak tidak perlu merasa minder dan takut, guru mampu membuatnya percaya diri, bahwa dia juga bisa seperti teman-temannya.
Seluruh faktor-faktor penghambat di atas dapat didata kemudian dicari solusi-solusi yang menyelesaikan hambatan tersebut. Untuk penanganan dari hambatan tersebut sudah tercantum pada isi dan pembahasan di atas.


















V.              DAFTAR PUSTAKA
http://etd.eprints.ums.ac.id
http://bpadjakarta.net/seminar-nasional-pembudayaan-kegemaran-membaca-tingkatkan-daya-saing-dengan-membaca/
Kurniawan, khaerudin (Umi Almini, 2008:106). “ Model Pembelajaran membaca Permulaan melalui Peningkatan Kesadaran Fonologis dengan Lagu dan Puisi”. Http:// www.Depdiknas.go.id (diakses:27/09/2007)
Sutarman (Umi Almini, 2008:107). “ Pengembangan Pembelajaran Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mustthafa, Fahim.2005. Agar Anak Anda Gemar Membaca terj. Muhamad Suhadi. Bandung : Hikmah-Kelompok Mizan.
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.




FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA
MINAT BACA PADA ANAK
Ditulis untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Ganjil pada mata kuliah: Keterangan Menulis Ilmiah

Dosen Pengampu :
Dr. Christina Dewi Tri Murwani, M.Hum.


Disusun oleh:
Nama Mahasiswa : Florentina Pradita Setyaningsih
NIM                     : 131134196
Kelas                              : 1 D / PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013


Tema :
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT ANAK DALAM MEMBACA
1.      Faktor apa saja yang menghambat seorang anak dalam membaca?
2.      Adakah peran orang tua terhadap  membaca pada anak?
3.      Bagaimana cara meningkatkan rasa ingin membaca pada anak?
4.      Apakah unggulnya seorang siswa juga dipengaruhi akibat gemar membaca?

Judul:
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA MINAT
BACA PADA ANAK

I.                  ABSTRAK
Membaca adalah kegiatan yang menguntungkan, karena dengan membaca seseorang dapat memiliki wawasan yang luas dan juga konsep pemikiran seseorang akan menjadi terbuka. Dengan membaca dapat mengetahui isi dunia ini dengan mudah. Membaca bukanlah hal yang susah sebenarnya. Untuk anak usia SD, yang perlu diketahui sebenarnya adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambatnya, kemudian membuat daftar solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan itu. Bukan hanya itu, perlu mengetahui pula cara-cara untuk menangani anak-anak yang sekiranya  memerlukan perhatian khusus.
Peran orang tua yang aktif terhadap perkembangan pendidikan anak juga sangat penting. Biasanya, orang tua yang turut gemar membaca juga dapat merangsang anak untuk suka membaca. Kumpulan buku-buku di rumah juga dapat membuat anak merasa ingin membaca. Anak yang gemar membaca akan
Jadi, membaca itu perlu bagi setiap kalangan orang.







II.               PENDAHULUAN
Membaca adalah kegiatan yang menyenangkan sebenarnya. Duduk, membuka buku, kemudian membaca isi buku tersebut, dan  lalu menelaah isi dari buku tersebut. Tentulah ilmu yang didapat dari kegiatan tersebut. Bukan hal yang susah sebenarnya. Namun, dewasa ini, banyak ditemukan kasus mengenai pelajar yang malas membaca. Bukan hanya dari pelajar yang sudah besar seperti mahasiswa, anak SMA, melain juga anak-anak SD. Hal ini sangat memprihatinkan. Karena, di SD-lah seseorang memiliki dasar untuk maju ke depan.
Habbit membaca atau umumnya dikenal dengan kebiasaan membaca, sebenarnya perlu diterapkan sejak kanak-kanak. Hal ini perlunya menjadi perhatian oleh banyak pihak. Terlebih lagi oleh Guru Sekolah Dasar. Selain itu, orang tua juga seharusnya turut berperan aktif dalam meningkatkan kegemaran membaca sang anak. Jika generasi saat ini anak tidak mau membaca atau malas membaca, akan menjadi seperti apa generasi-generasi penerus selanjutnya ini.  
Sebenarnya, dengan membaca seseorang memperoleh wawasan yang begitu luas dan juga konsep pemikiran seseorang yang membaca suatu buku akan menjadi lebih terbuka. Penulis memilih tema mengenai kegemaran anak membaca karena merasa saat ini banyak anak yang malas membaca. Hal ini dibuktikan saat berhadapan dengan anak-anak SD yang diminta untuk membaca. Mereka lebih asyik bermain-main daripada membaca. Kemajuan teknologi zaman sekarang, harusnya dapat menjadi pemacu anak untuk semakin rajin membaca.
Dalam makalahnya ini, penulis akan lebih detailnya mencari tahu faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan anak dalam membaca, dan juga sebisa mungkin akan mencari solusi yang tepat dari setiap problem yang ada. Penulis melakukan hal ini melalui studi pustaka dan juga pengamatan. Sehingga Studi Kasus mengenai Hal ini dapat terpecahkan dengan baik.

RUMUSAN MASALAH
1.      Faktor apa saja yang menghambat seorang anak gemar membaca?
2.      Adakah peran orang tua untuk menerapkan gemar membaca pada anak?
3.      Bagaimana cara meningkatkan rasa gemar membaca pada anak?
4.      Apakah unggulnya seorang siswa juga dipengaruhi akibat gemar membaca?



TUJUAN PENULISAN
Tujuan Penulisan makalah ini bagi beberapa orang dapat berbeda, dengan demikian penulis membagi tujuan penulisannya.
1.      Bagi Penulis
Makalah ini ditulis atau disusun guna memenuhi tugas yang diberikan dosen, sebagai pengganti ujian tertulis dalam Ujian Akhir Semester. Selain itu, bagi diri penulis pribadi, makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa.
2.      Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas mengenai faktor-faktor penghambat seseorang untuk gemar membaca dan teknik membaca apa saja yang dapat digunakan dalam mengajar anak Sekolah Dasar. Selain itu juga dapat difungsikan sebagai bahan penambah wawasan.



















III.           PEMBAHASAN
Membaca adalah kegiatan yang tentunya sangat berkaitan erat dengan bahasa. Dan bahasa adalah kode yang disepakati oleh masyarakat sosial yang mewakili ide-ide melalui penggunaan simbol-simbol arbitrer dan kaidah-kaidah yang mengatur kombinasi simbol-simbol tersebut (Bernstein dan Tigerman, 1993). Bahasa merupakan suatu sistem kombinasi sejumlah komponen kaidah yang kompleks. Bloom dan Lahey (1978) memandang bahasa sebagai suatu kombinasi antara tiga komponen utama: bentuk, isi dan penggunaan. Bentuk suatu ujaran dalam bahasa lisan dapat digambarkan berdasarkan bentuk fonetik dan akustiknya, tetapi bila kita hanya menggambarkan bentuknya saja, maka kita akan terbatas pada penggambaran bentuk atau kontur fitur permukaan ujaran saja. Ini biasanya dilakukan berdasarkan unit fonologi (bunyi atau struktur bunyi), morfologi (unit-unit makna berupa kata atau infleksi), dan sintaks (kombinasi antara berbagai unit makna). Isi bahasa adalah maknanya atau semantik (yaitu representasi linguistik dari apa yang diketahui seseorang tentang dunia benda, peristiwa dan kaitanny)a. Representasi linguistik tentang isi bahasa tergantung pada kode (yaitu suatu sistem isyarat arbitrer yang konvensional) yang memberi bentuk kepada bahasa (Bloom dan Lahey, 1978).
Masalah dalam kemampuan mengembangkan kemampuan bahasa yang sesuai usia di dalam berbagai dimensi bahasa biasanya akan menimbulkan masalah dalam pengembangan kemampuan membaca dan menulis yang sesuai usia. Masalah-masalah ini mungkin terkait dengan perkembangan membaca pada berbagai tingkatan. Kesulitan dalam dimensi bentuk dapat mengakibatkan masalah dalam “memecahkan” kode bacaan. Anak yang bermasalah dalam mengembangkan pengetahuan tentang bentuk bahasanya dapat bermasalah dalam memahami struktur bunyi dan dalam memahami hubungan huruf-bunyi yang diperlukan untuk “memecahkan kode” bahasa tulis. Di pihak lain, anak yang berkesulitan memahami isi bahasa mungkin akan dapat “memecahkan kode” dengan mudah, tetapi mereka mungkin berkesulitan dalam memahami apa yang dibacanya. Siswa juga mungkin berkesulitan dalam membaca karena mereka berkesulitan dalam menggunakan bahasa. Tujuan pengajaran membaca adalah membaca untuk belajar (atau membaca untuk kesenangan). Pembaca harus dapat masuk ke dalam semacam dialog dengan penulis. Untuk belajar dan mengerti suatu teks diperlukan pengembangan strategi untuk memahami maksud penulis. Teks yang berbeda memerlukan strategi yang berbeda untuk memahaminya.
Pada tahap awal perkembangan membaca, tentunya anak harus terlebih dahulu mengenal mengenai sistem alfabetik bahasanya, baik yang berupa susunan abjad, bentuk huruf maupun bunyi yang direpresentasikan. Dalam tahap awal ini, kemampuan anak mengkonversi simbol ke dalam bunyi yang tepat berlangsung lambat. Hal ini terjadi karena pengidentifikasian kata anak masih harus memerlukan informasi lain berdasar pengalaman mereka untuk mengenal kata (Perfetti dalam Torgessen dkk, 1992).
Salah satu kelemahan terbesar sekolah tampaknya adalah kekakuan guru dalam hal mengajarkan sebuah mata pelajaran khususnya keterampilan membaca. Guru memberikan materi biasanya melalui perpaduan antara ceramah, penggunaan papan tulis, buku pelajaran, dan lembar latihan dan bila anak-anak tidak memahaminya, maka itu adalah masalah mereka, bukan masalah guru (Amstrong).
Menurut Ratna Megawangi (2006) metode pembelajaran di kelas banyak yang menyalahi teori-teori perkembangan anak. Hasilnya adalah generasi yang tidak percaya diri. Begitu banyak orang tua merasa bahwa suasana pembelajaran di sekolah sering kurang mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak, akhirnya banyak anak yang stress dan kehilangan kreativitas alamiahnya. Sebelum mencari solusi bagaimana seharusnya metode yang tepat untuk pembelajaran sang anak, lebih tepat jika mengetahui secar detail apa saja yang menjadi faktor penghambat anak dalam perkembangan membaca anak .

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan membaca pada anak SD
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak. Menurut Lamb dan Arnold (1976) faktor-faktor tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan prikologi. Berikut adalah penjelasan dari setiap sub titlenya :
I.                   Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas.
Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok-gosok matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap gangguan yang di`lami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalaha anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak-anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan.
Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka – angka, dan kata-kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak.
II.                Faktor Intelektual
Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris dan Sipay menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan posirif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi eenjadi pembaca yang baik.
III.             Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup, antara lain :
a.)    Latar belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk erfikir , dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya , orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah saja. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan tekanan pada anak-anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak-anak. Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada perubahan yang tiba-tiba terjadi pada anak.
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak – anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca.
Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca.
b.)     Faktor sosial ekonomi
Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak-anak mereka siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan kagiatan membaca anak secara terus-menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian daripada uang. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan pengaaman membaca dengan anak-anak. Sebaliknya, anak-anak yang berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan-kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang baik.
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.
IV.             Faktor Psikologis
Faktor lain yang mempengaruhi juga kemajuan kemampuan anak dalam membaca adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, serta kematangan sosial emosi,dan penyesuaian diri. Berikut adalah sedikit penjelasan tentang masing-masing faktor tersebut.
a.)     Motivasi
Motivasi ialah faktor kunci utama dalam belajar membaca. Eanes mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Agar murid dapt termotivasi guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang baik dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.
Crawley dan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa.
Suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa. Di samping itu, suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan lebih memotivasi siswa agar belajar lebih intensif untuk membaca. Seseorang tidak berminat membaca kalau dalam keadaan tertekan. Untuk usia dini bisa diwujudkan dalam bentuk permainan, sedangkan pada siswa kelas tinggi bermain dapat dikembangkan melalui eksperimen. Misalnya, setelah membaca materi bacaan yang menjelaskan tentang petunjuk membuat pesawat terbang dari kertas, kemudian siswa mencoba memodifikasinya sehingga pesawatnya bisa terbang lebih jauh.
b.)     Minat
Minat baca merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dengan kemauannya untuk mendapat bahan bacaan lalu membacanya atas kesadarannya dan kemauannya sendiri.
Sebisa mungkin, guru memotivasi siswa agar mau membaca. Misalnya saja dengan mengajak siswa ke perpustakaan saat kegiatan belajar sedang berlangsung. Kemudian meminta mereka untuk mencari buku bergambar yang terdapat ceritanya. Hal ini akan mampu memancing kemauan siswa dalam membaca. Dan hal ini akan dilanjutkannya terus menerus. Sehingga dapat diketahui, untuk siswa-siswa yang rajin membaca, biasanya akan unggul dalam pelajaran di kelas.
c.)    Kematangan sosial dan emosi serta penyesuaian diri
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak dalam memahami bacaan akan meningkat.
Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru.


IV.           KESIMPULAN
Tingkah laku dan karakter masing-masing anak memang berbeda. Yang perlu menjadi perhatian bagi seorang guru adalah konsep pemahaman anak-anak didik mereka yang juga bermacam-macam. Menjadi seorang guru haruslah peka terhadap siswanya, kemudian harus telaten dan sabar dalam mengajari anak didiknya tersebut. Untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus perlulah juga perhatian yang khusus dan lebih dari anak-anak yang normal lainnya. Sehingga si anak tidak perlu merasa minder dan takut, guru mampu membuatnya percaya diri, bahwa dia juga bisa seperti teman-temannya.
Seluruh faktor-faktor penghambat di atas dapat didata kemudian dicari solusi-solusi yang menyelesaikan hambatan tersebut. Untuk penanganan dari hambatan tersebut sudah tercantum pada isi dan pembahasan di atas.


















V.              DAFTAR PUSTAKA
http://etd.eprints.ums.ac.id
http://bpadjakarta.net/seminar-nasional-pembudayaan-kegemaran-membaca-tingkatkan-daya-saing-dengan-membaca/
Kurniawan, khaerudin (Umi Almini, 2008:106). “ Model Pembelajaran membaca Permulaan melalui Peningkatan Kesadaran Fonologis dengan Lagu dan Puisi”. Http:// www.Depdiknas.go.id (diakses:27/09/2007)
Sutarman (Umi Almini, 2008:107). “ Pengembangan Pembelajaran Membaca dengan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mustthafa, Fahim.2005. Agar Anak Anda Gemar Membaca terj. Muhamad Suhadi. Bandung : Hikmah-Kelompok Mizan.
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar