FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB RENDAHNYA
MINAT
BACA PADA ANAK
Ditulis untuk memenuhi Tugas
Ujian Akhir Semester Ganjil pada mata kuliah:
Keterampilan Menulis Ilmiah
Dosen Pengampu :
Dr. Christina Dewi
Tri Murwani, M.Hum.
Disusun
oleh:
Nama Mahasiswa : Florentina Pradita Setyaningsih
NIM : 131134196
Kelas : 1 D / PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
Tema :
FAKTOR-FAKTOR
PENGHAMBAT ANAK DALAM MEMBACA
1. Faktor
apa saja yang menghambat seorang anak dalam membaca?
2. Adakah
peran orang tua terhadap membaca pada
anak?
3. Bagaimana
cara meningkatkan rasa ingin membaca pada anak?
4. Apakah
unggulnya seorang siswa juga dipengaruhi akibat gemar membaca?
Judul:
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
RENDAHNYA MINAT
BACA PADA ANAK
I.
ABSTRAK
Membaca
adalah kegiatan yang menguntungkan, karena dengan membaca seseorang dapat
memiliki wawasan yang luas dan juga konsep pemikiran seseorang akan menjadi
terbuka. Dengan membaca dapat mengetahui isi dunia ini dengan mudah. Membaca
bukanlah hal yang susah sebenarnya. Untuk anak usia SD, yang perlu diketahui
sebenarnya adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambatnya, kemudian
membuat daftar solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan itu. Bukan hanya itu,
perlu mengetahui pula cara-cara untuk menangani anak-anak yang sekiranya memerlukan perhatian khusus.
Peran
orang tua yang aktif terhadap perkembangan pendidikan anak juga sangat penting.
Biasanya, orang tua yang turut gemar membaca juga dapat merangsang anak untuk
suka membaca. Kumpulan buku-buku di rumah juga dapat membuat anak merasa ingin
membaca. Anak yang gemar membaca akan
Jadi, membaca itu perlu
bagi setiap kalangan orang.
II.
PENDAHULUAN
Membaca
adalah kegiatan yang menyenangkan sebenarnya. Duduk, membuka buku, kemudian
membaca isi buku tersebut, dan lalu
menelaah isi dari buku tersebut. Tentulah ilmu yang didapat dari kegiatan
tersebut. Bukan hal yang susah sebenarnya. Namun, dewasa ini, banyak ditemukan
kasus mengenai pelajar yang malas membaca. Bukan hanya dari pelajar yang sudah
besar seperti mahasiswa, anak SMA, melain juga anak-anak SD. Hal ini sangat
memprihatinkan. Karena, di SD-lah seseorang memiliki dasar untuk maju ke depan.
Habbit
membaca atau umumnya dikenal dengan kebiasaan membaca, sebenarnya perlu
diterapkan sejak kanak-kanak. Hal ini perlunya menjadi perhatian oleh banyak
pihak. Terlebih lagi oleh Guru Sekolah Dasar. Selain itu, orang tua juga seharusnya
turut berperan aktif dalam meningkatkan kegemaran membaca sang anak. Jika
generasi saat ini anak tidak mau membaca atau malas membaca, akan menjadi
seperti apa generasi-generasi penerus selanjutnya ini.
Sebenarnya,
dengan membaca seseorang memperoleh wawasan yang begitu luas dan juga konsep pemikiran
seseorang yang membaca suatu buku akan menjadi lebih terbuka. Penulis memilih
tema mengenai kegemaran anak membaca karena merasa saat ini banyak anak yang
malas membaca. Hal ini dibuktikan saat berhadapan dengan anak-anak SD yang
diminta untuk membaca. Mereka lebih asyik bermain-main daripada membaca.
Kemajuan teknologi zaman sekarang, harusnya dapat menjadi pemacu anak untuk
semakin rajin membaca.
Dalam
makalahnya ini, penulis akan lebih detailnya mencari tahu faktor-faktor apa
saja yang menjadi hambatan anak dalam membaca, dan juga sebisa mungkin akan
mencari solusi yang tepat dari setiap problem yang ada. Penulis melakukan hal
ini melalui studi pustaka dan juga pengamatan. Sehingga Studi Kasus mengenai
Hal ini dapat terpecahkan dengan baik.
RUMUSAN
MASALAH
1. Faktor
apa saja yang menghambat seorang anak gemar membaca?
2. Adakah
peran orang tua untuk menerapkan gemar membaca pada anak?
3. Bagaimana
cara meningkatkan rasa gemar membaca pada anak?
4. Apakah
unggulnya seorang siswa juga dipengaruhi akibat gemar membaca?
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
Penulisan makalah ini bagi beberapa orang dapat berbeda, dengan demikian
penulis membagi tujuan penulisannya.
1. Bagi
Penulis
Makalah ini ditulis atau disusun guna memenuhi tugas yang diberikan dosen, sebagai pengganti ujian tertulis dalam Ujian Akhir Semester. Selain itu, bagi diri penulis pribadi, makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa.
Makalah ini ditulis atau disusun guna memenuhi tugas yang diberikan dosen, sebagai pengganti ujian tertulis dalam Ujian Akhir Semester. Selain itu, bagi diri penulis pribadi, makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa.
2. Bagi
Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas mengenai faktor-faktor penghambat seseorang untuk gemar membaca dan teknik membaca apa saja yang dapat digunakan dalam mengajar anak Sekolah Dasar. Selain itu juga dapat difungsikan sebagai bahan penambah wawasan.
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas mengenai faktor-faktor penghambat seseorang untuk gemar membaca dan teknik membaca apa saja yang dapat digunakan dalam mengajar anak Sekolah Dasar. Selain itu juga dapat difungsikan sebagai bahan penambah wawasan.
III.
PEMBAHASAN
Membaca
adalah kegiatan yang tentunya sangat berkaitan erat dengan bahasa. Dan bahasa
adalah kode yang disepakati oleh masyarakat sosial yang mewakili ide-ide
melalui penggunaan simbol-simbol arbitrer dan kaidah-kaidah yang mengatur
kombinasi simbol-simbol tersebut (Bernstein dan Tigerman, 1993). Bahasa
merupakan suatu sistem kombinasi sejumlah komponen kaidah yang kompleks. Bloom
dan Lahey (1978) memandang bahasa sebagai suatu kombinasi antara tiga komponen
utama: bentuk, isi dan penggunaan. Bentuk suatu ujaran dalam bahasa lisan dapat
digambarkan berdasarkan bentuk fonetik dan akustiknya, tetapi bila kita hanya
menggambarkan bentuknya saja, maka kita akan terbatas pada penggambaran bentuk
atau kontur fitur permukaan ujaran saja. Ini biasanya dilakukan berdasarkan
unit fonologi (bunyi atau struktur bunyi), morfologi (unit-unit makna berupa
kata atau infleksi), dan sintaks (kombinasi antara berbagai unit makna). Isi
bahasa adalah maknanya atau semantik (yaitu representasi linguistik dari apa
yang diketahui seseorang tentang dunia benda, peristiwa dan kaitanny)a.
Representasi linguistik tentang isi bahasa tergantung pada kode (yaitu suatu
sistem isyarat arbitrer yang konvensional) yang memberi bentuk kepada bahasa
(Bloom dan Lahey, 1978).
Masalah
dalam kemampuan mengembangkan kemampuan bahasa yang sesuai usia di dalam
berbagai dimensi bahasa biasanya akan menimbulkan masalah dalam pengembangan
kemampuan membaca dan menulis yang sesuai usia. Masalah-masalah ini mungkin
terkait dengan perkembangan membaca pada berbagai tingkatan. Kesulitan dalam
dimensi bentuk dapat mengakibatkan masalah dalam “memecahkan” kode bacaan. Anak
yang bermasalah dalam mengembangkan pengetahuan tentang bentuk bahasanya dapat
bermasalah dalam memahami struktur bunyi dan dalam memahami hubungan
huruf-bunyi yang diperlukan untuk “memecahkan kode” bahasa tulis. Di pihak
lain, anak yang berkesulitan memahami isi bahasa mungkin akan dapat “memecahkan
kode” dengan mudah, tetapi mereka mungkin berkesulitan dalam memahami apa yang
dibacanya. Siswa juga mungkin berkesulitan dalam membaca karena mereka
berkesulitan dalam menggunakan bahasa. Tujuan pengajaran membaca adalah membaca
untuk belajar (atau membaca untuk kesenangan). Pembaca harus dapat masuk ke
dalam semacam dialog dengan penulis. Untuk belajar dan mengerti suatu teks
diperlukan pengembangan strategi untuk memahami maksud penulis. Teks yang
berbeda memerlukan strategi yang berbeda untuk memahaminya.
Pada tahap
awal perkembangan membaca, tentunya anak harus terlebih dahulu mengenal mengenai
sistem alfabetik bahasanya, baik yang berupa susunan abjad, bentuk huruf maupun
bunyi yang direpresentasikan. Dalam tahap awal ini, kemampuan anak mengkonversi
simbol ke dalam bunyi yang tepat berlangsung lambat. Hal ini terjadi karena
pengidentifikasian kata anak masih harus memerlukan informasi lain berdasar
pengalaman mereka untuk mengenal kata (Perfetti dalam Torgessen dkk, 1992).
Salah
satu kelemahan terbesar sekolah tampaknya adalah kekakuan guru dalam hal
mengajarkan sebuah mata pelajaran khususnya keterampilan membaca. Guru
memberikan materi biasanya melalui perpaduan antara ceramah, penggunaan papan
tulis, buku pelajaran, dan lembar latihan dan bila anak-anak tidak memahaminya,
maka itu adalah masalah mereka, bukan masalah guru (Amstrong).
Menurut
Ratna Megawangi (2006) metode pembelajaran di kelas banyak yang menyalahi
teori-teori perkembangan anak. Hasilnya adalah generasi yang tidak percaya
diri. Begitu banyak orang tua merasa bahwa suasana pembelajaran di sekolah
sering kurang mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak, akhirnya banyak anak
yang stress dan kehilangan kreativitas alamiahnya. Sebelum mencari solusi
bagaimana seharusnya metode yang tepat untuk pembelajaran sang anak, lebih
tepat jika mengetahui secar detail apa saja yang menjadi faktor penghambat anak
dalam perkembangan membaca anak .
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan membaca pada anak SD
Ada banyak
faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak. Menurut Lamb dan Arnold (1976)
faktor-faktor tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan
prikologi. Berikut adalah penjelasan dari setiap sub titlenya :
I.
Faktor Fisiologis
Faktor
fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis
kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak
untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa
keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan
secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal
dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat
menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas.
Gangguan
pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat
kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin sukar bagi anak
yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus
waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok-gosok
matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa
seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si
anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap
gangguan yang di`lami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin
cepat pula masalaha anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak-anak diperiksa
matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan.
Walaupun
tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran
belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka
dalam membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka – angka, dan
kata-kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan
pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan
dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan
membaca anak.
II.
Faktor Intelektual
Istilah
inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri
dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya
secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan
bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan
tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
Penelitian
Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris dan Sipay menunjukkan
bahwa secara umum ada hubungan posirif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang
diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa banyak hasil penelitian
memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi
eenjadi pembaca yang baik.
III.
Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa. Faktor lingkungan
itu mencakup, antara lain :
a.)
Latar belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan
dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di
rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi
itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak
belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah
yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-anaknya, dan
mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan
kendala yang berarti dalam membaca.
Rubin
(1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan
anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang
anak untuk erfikir , dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua
yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk
belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan
rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarkan oleh
kedua orang tuanya , orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau
orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang
dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah
saja. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan tekanan
pada anak-anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak-anak.
Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada
perubahan yang tiba-tiba terjadi pada anak.
Rumah
juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang
gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan
cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang
tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak –
anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar,
khususnya belajar membaca.
Kualitas
dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar
membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman
masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka
baca.
b.)
Faktor sosial
ekonomi
Ada
kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak-anak mereka
siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak
berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan
kagiatan membaca anak secara terus-menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian
daripada uang. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka
untuk berbicara dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi buku
cerita dan pengaaman membaca dengan anak-anak. Sebaliknya, anak-anak yang
berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan-kegiatan
tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang
baik.
Faktor
sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang
membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa
status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi
status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang
mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang
berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan
bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak
yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam
lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan
membaca yang tinggi.
IV.
Faktor Psikologis
Faktor
lain yang mempengaruhi juga kemajuan kemampuan anak dalam membaca adalah faktor
psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, serta kematangan sosial emosi,dan
penyesuaian diri. Berikut adalah sedikit penjelasan tentang masing-masing
faktor tersebut.
a.)
Motivasi
Motivasi
ialah faktor kunci utama dalam belajar membaca. Eanes mengemukakan bahwa kunci
motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Agar murid dapt
termotivasi guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang
baik dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu
sebagai suatu kebutuhan.
Crawley
dan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang
belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan
hasil belajar siswa.
Suasana
belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa. Di
samping itu, suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan lebih
memotivasi siswa agar belajar lebih intensif untuk membaca. Seseorang tidak
berminat membaca kalau dalam keadaan tertekan. Untuk usia dini bisa diwujudkan
dalam bentuk permainan, sedangkan pada siswa kelas tinggi bermain dapat
dikembangkan melalui eksperimen. Misalnya, setelah membaca materi bacaan yang
menjelaskan tentang petunjuk membuat pesawat terbang dari kertas, kemudian
siswa mencoba memodifikasinya sehingga pesawatnya bisa terbang lebih jauh.
b.)
Minat
Minat
baca merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk
membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dengan
kemauannya untuk mendapat bahan bacaan lalu membacanya atas kesadarannya dan
kemauannya sendiri.
Sebisa
mungkin, guru memotivasi siswa agar mau membaca. Misalnya saja dengan mengajak
siswa ke perpustakaan saat kegiatan belajar sedang berlangsung. Kemudian
meminta mereka untuk mencari buku bergambar yang terdapat ceritanya. Hal ini
akan mampu memancing kemauan siswa dalam membaca. Dan hal ini akan
dilanjutkannya terus menerus. Sehingga dapat diketahui, untuk siswa-siswa yang
rajin membaca, biasanya akan unggul dalam pelajaran di kelas.
c.)
Kematangan sosial dan emosi serta penyesuaian diri
Seorang
siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang
mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak
mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan
dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontrol
emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya.
Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak
dalam memahami bacaan akan meningkat.
Percaya
diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang kurang percaya diri di
dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun
tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang
lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk
diperhatikan guru.
IV.
KESIMPULAN
Tingkah
laku dan karakter masing-masing anak memang berbeda. Yang perlu menjadi
perhatian bagi seorang guru adalah konsep pemahaman anak-anak didik mereka yang
juga bermacam-macam. Menjadi seorang guru haruslah peka terhadap siswanya,
kemudian harus telaten dan sabar dalam mengajari anak didiknya tersebut. Untuk
anak-anak yang berkebutuhan khusus perlulah juga perhatian yang khusus dan
lebih dari anak-anak yang normal lainnya. Sehingga si anak tidak perlu merasa
minder dan takut, guru mampu membuatnya percaya diri, bahwa dia juga bisa
seperti teman-temannya.
Seluruh
faktor-faktor penghambat di atas dapat didata kemudian dicari solusi-solusi
yang menyelesaikan hambatan tersebut. Untuk penanganan dari hambatan tersebut
sudah tercantum pada isi dan pembahasan di atas.
V.
DAFTAR PUSTAKA
http://etd.eprints.ums.ac.id
http://bpadjakarta.net/seminar-nasional-pembudayaan-kegemaran-membaca-tingkatkan-daya-saing-dengan-membaca/
Kurniawan, khaerudin (Umi Almini, 2008:106). “ Model Pembelajaran
membaca Permulaan melalui Peningkatan Kesadaran Fonologis dengan Lagu dan
Puisi”. Http:// www.Depdiknas.go.id (diakses:27/09/2007)
Sutarman (Umi Almini, 2008:107). “ Pengembangan Pembelajaran Membaca
dengan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mustthafa, Fahim.2005. Agar Anak Anda
Gemar Membaca terj. Muhamad Suhadi. Bandung : Hikmah-Kelompok Mizan.
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran
Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB RENDAHNYA
MINAT
BACA PADA ANAK
Ditulis untuk memenuhi Tugas
Ujian Akhir Semester Ganjil pada mata kuliah:
Keterangan Menulis Ilmiah
Dosen Pengampu :
Dr. Christina Dewi
Tri Murwani, M.Hum.
Disusun
oleh:
Nama Mahasiswa : Florentina Pradita Setyaningsih
NIM : 131134196
Kelas : 1 D / PGSD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
Tema :
FAKTOR-FAKTOR
PENGHAMBAT ANAK DALAM MEMBACA
1. Faktor
apa saja yang menghambat seorang anak dalam membaca?
2. Adakah
peran orang tua terhadap membaca pada
anak?
3. Bagaimana
cara meningkatkan rasa ingin membaca pada anak?
4. Apakah
unggulnya seorang siswa juga dipengaruhi akibat gemar membaca?
Judul:
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
RENDAHNYA MINAT
BACA PADA ANAK
I.
ABSTRAK
Membaca
adalah kegiatan yang menguntungkan, karena dengan membaca seseorang dapat
memiliki wawasan yang luas dan juga konsep pemikiran seseorang akan menjadi
terbuka. Dengan membaca dapat mengetahui isi dunia ini dengan mudah. Membaca
bukanlah hal yang susah sebenarnya. Untuk anak usia SD, yang perlu diketahui
sebenarnya adalah faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambatnya, kemudian
membuat daftar solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan itu. Bukan hanya itu,
perlu mengetahui pula cara-cara untuk menangani anak-anak yang sekiranya memerlukan perhatian khusus.
Peran
orang tua yang aktif terhadap perkembangan pendidikan anak juga sangat penting.
Biasanya, orang tua yang turut gemar membaca juga dapat merangsang anak untuk
suka membaca. Kumpulan buku-buku di rumah juga dapat membuat anak merasa ingin
membaca. Anak yang gemar membaca akan
Jadi, membaca itu perlu
bagi setiap kalangan orang.
II.
PENDAHULUAN
Membaca
adalah kegiatan yang menyenangkan sebenarnya. Duduk, membuka buku, kemudian
membaca isi buku tersebut, dan lalu
menelaah isi dari buku tersebut. Tentulah ilmu yang didapat dari kegiatan
tersebut. Bukan hal yang susah sebenarnya. Namun, dewasa ini, banyak ditemukan
kasus mengenai pelajar yang malas membaca. Bukan hanya dari pelajar yang sudah
besar seperti mahasiswa, anak SMA, melain juga anak-anak SD. Hal ini sangat
memprihatinkan. Karena, di SD-lah seseorang memiliki dasar untuk maju ke depan.
Habbit
membaca atau umumnya dikenal dengan kebiasaan membaca, sebenarnya perlu
diterapkan sejak kanak-kanak. Hal ini perlunya menjadi perhatian oleh banyak
pihak. Terlebih lagi oleh Guru Sekolah Dasar. Selain itu, orang tua juga seharusnya
turut berperan aktif dalam meningkatkan kegemaran membaca sang anak. Jika
generasi saat ini anak tidak mau membaca atau malas membaca, akan menjadi
seperti apa generasi-generasi penerus selanjutnya ini.
Sebenarnya,
dengan membaca seseorang memperoleh wawasan yang begitu luas dan juga konsep pemikiran
seseorang yang membaca suatu buku akan menjadi lebih terbuka. Penulis memilih
tema mengenai kegemaran anak membaca karena merasa saat ini banyak anak yang
malas membaca. Hal ini dibuktikan saat berhadapan dengan anak-anak SD yang
diminta untuk membaca. Mereka lebih asyik bermain-main daripada membaca.
Kemajuan teknologi zaman sekarang, harusnya dapat menjadi pemacu anak untuk
semakin rajin membaca.
Dalam
makalahnya ini, penulis akan lebih detailnya mencari tahu faktor-faktor apa
saja yang menjadi hambatan anak dalam membaca, dan juga sebisa mungkin akan
mencari solusi yang tepat dari setiap problem yang ada. Penulis melakukan hal
ini melalui studi pustaka dan juga pengamatan. Sehingga Studi Kasus mengenai
Hal ini dapat terpecahkan dengan baik.
RUMUSAN
MASALAH
1. Faktor
apa saja yang menghambat seorang anak gemar membaca?
2. Adakah
peran orang tua untuk menerapkan gemar membaca pada anak?
3. Bagaimana
cara meningkatkan rasa gemar membaca pada anak?
4. Apakah
unggulnya seorang siswa juga dipengaruhi akibat gemar membaca?
TUJUAN
PENULISAN
Tujuan
Penulisan makalah ini bagi beberapa orang dapat berbeda, dengan demikian
penulis membagi tujuan penulisannya.
1. Bagi
Penulis
Makalah ini ditulis atau disusun guna memenuhi tugas yang diberikan dosen, sebagai pengganti ujian tertulis dalam Ujian Akhir Semester. Selain itu, bagi diri penulis pribadi, makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa.
Makalah ini ditulis atau disusun guna memenuhi tugas yang diberikan dosen, sebagai pengganti ujian tertulis dalam Ujian Akhir Semester. Selain itu, bagi diri penulis pribadi, makalah ini juga diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi mahasiswa.
2. Bagi
Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas mengenai faktor-faktor penghambat seseorang untuk gemar membaca dan teknik membaca apa saja yang dapat digunakan dalam mengajar anak Sekolah Dasar. Selain itu juga dapat difungsikan sebagai bahan penambah wawasan.
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas mengenai faktor-faktor penghambat seseorang untuk gemar membaca dan teknik membaca apa saja yang dapat digunakan dalam mengajar anak Sekolah Dasar. Selain itu juga dapat difungsikan sebagai bahan penambah wawasan.
III.
PEMBAHASAN
Membaca
adalah kegiatan yang tentunya sangat berkaitan erat dengan bahasa. Dan bahasa
adalah kode yang disepakati oleh masyarakat sosial yang mewakili ide-ide
melalui penggunaan simbol-simbol arbitrer dan kaidah-kaidah yang mengatur
kombinasi simbol-simbol tersebut (Bernstein dan Tigerman, 1993). Bahasa
merupakan suatu sistem kombinasi sejumlah komponen kaidah yang kompleks. Bloom
dan Lahey (1978) memandang bahasa sebagai suatu kombinasi antara tiga komponen
utama: bentuk, isi dan penggunaan. Bentuk suatu ujaran dalam bahasa lisan dapat
digambarkan berdasarkan bentuk fonetik dan akustiknya, tetapi bila kita hanya
menggambarkan bentuknya saja, maka kita akan terbatas pada penggambaran bentuk
atau kontur fitur permukaan ujaran saja. Ini biasanya dilakukan berdasarkan
unit fonologi (bunyi atau struktur bunyi), morfologi (unit-unit makna berupa
kata atau infleksi), dan sintaks (kombinasi antara berbagai unit makna). Isi
bahasa adalah maknanya atau semantik (yaitu representasi linguistik dari apa
yang diketahui seseorang tentang dunia benda, peristiwa dan kaitanny)a.
Representasi linguistik tentang isi bahasa tergantung pada kode (yaitu suatu
sistem isyarat arbitrer yang konvensional) yang memberi bentuk kepada bahasa
(Bloom dan Lahey, 1978).
Masalah
dalam kemampuan mengembangkan kemampuan bahasa yang sesuai usia di dalam
berbagai dimensi bahasa biasanya akan menimbulkan masalah dalam pengembangan
kemampuan membaca dan menulis yang sesuai usia. Masalah-masalah ini mungkin
terkait dengan perkembangan membaca pada berbagai tingkatan. Kesulitan dalam
dimensi bentuk dapat mengakibatkan masalah dalam “memecahkan” kode bacaan. Anak
yang bermasalah dalam mengembangkan pengetahuan tentang bentuk bahasanya dapat
bermasalah dalam memahami struktur bunyi dan dalam memahami hubungan
huruf-bunyi yang diperlukan untuk “memecahkan kode” bahasa tulis. Di pihak
lain, anak yang berkesulitan memahami isi bahasa mungkin akan dapat “memecahkan
kode” dengan mudah, tetapi mereka mungkin berkesulitan dalam memahami apa yang
dibacanya. Siswa juga mungkin berkesulitan dalam membaca karena mereka
berkesulitan dalam menggunakan bahasa. Tujuan pengajaran membaca adalah membaca
untuk belajar (atau membaca untuk kesenangan). Pembaca harus dapat masuk ke
dalam semacam dialog dengan penulis. Untuk belajar dan mengerti suatu teks
diperlukan pengembangan strategi untuk memahami maksud penulis. Teks yang
berbeda memerlukan strategi yang berbeda untuk memahaminya.
Pada tahap
awal perkembangan membaca, tentunya anak harus terlebih dahulu mengenal mengenai
sistem alfabetik bahasanya, baik yang berupa susunan abjad, bentuk huruf maupun
bunyi yang direpresentasikan. Dalam tahap awal ini, kemampuan anak mengkonversi
simbol ke dalam bunyi yang tepat berlangsung lambat. Hal ini terjadi karena
pengidentifikasian kata anak masih harus memerlukan informasi lain berdasar
pengalaman mereka untuk mengenal kata (Perfetti dalam Torgessen dkk, 1992).
Salah
satu kelemahan terbesar sekolah tampaknya adalah kekakuan guru dalam hal
mengajarkan sebuah mata pelajaran khususnya keterampilan membaca. Guru
memberikan materi biasanya melalui perpaduan antara ceramah, penggunaan papan
tulis, buku pelajaran, dan lembar latihan dan bila anak-anak tidak memahaminya,
maka itu adalah masalah mereka, bukan masalah guru (Amstrong).
Menurut
Ratna Megawangi (2006) metode pembelajaran di kelas banyak yang menyalahi
teori-teori perkembangan anak. Hasilnya adalah generasi yang tidak percaya
diri. Begitu banyak orang tua merasa bahwa suasana pembelajaran di sekolah
sering kurang mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak, akhirnya banyak anak
yang stress dan kehilangan kreativitas alamiahnya. Sebelum mencari solusi
bagaimana seharusnya metode yang tepat untuk pembelajaran sang anak, lebih
tepat jika mengetahui secar detail apa saja yang menjadi faktor penghambat anak
dalam perkembangan membaca anak .
Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan membaca pada anak SD
Ada banyak
faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak. Menurut Lamb dan Arnold (1976)
faktor-faktor tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan
prikologi. Berikut adalah penjelasan dari setiap sub titlenya :
I.
Faktor Fisiologis
Faktor
fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis
kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak
untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa
keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan
secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal
dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat
menemukan tanda-tanda yang disebutkan di atas.
Gangguan
pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat
kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin sukar bagi anak
yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus
waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok-gosok
matanya, dan mengerjap-ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa
seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si
anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap
gangguan yang di`lami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin
cepat pula masalaha anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak-anak diperiksa
matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan.
Walaupun
tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran
belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka
dalam membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka – angka, dan
kata-kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan
pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan
dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan
membaca anak.
II.
Faktor Intelektual
Istilah
inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri
dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya
secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan
bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan
tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
Penelitian
Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris dan Sipay menunjukkan
bahwa secara umum ada hubungan posirif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang
diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Pendapat
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa banyak hasil penelitian
memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi
eenjadi pembaca yang baik.
III.
Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa. Faktor lingkungan
itu mencakup, antara lain :
a.)
Latar belakang dan pengalaman anak di rumah
Lingkungan
dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di
rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi
itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak
belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah
yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak-anaknya, dan
mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan
kendala yang berarti dalam membaca.
Rubin
(1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan
anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang
anak untuk erfikir , dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua
yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk
belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan
rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarkan oleh
kedua orang tuanya , orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau
orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang
dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah
saja. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan tekanan
pada anak-anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak-anak.
Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada
perubahan yang tiba-tiba terjadi pada anak.
Rumah
juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang
gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan
cerita kepada anak-anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang
tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak –
anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar,
khususnya belajar membaca.
Kualitas
dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar
membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman
masa lalu anak-anak memungkinkan anak-anak untuk lebih memahami apa yang mereka
baca.
b.)
Faktor sosial
ekonomi
Ada
kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak-anak mereka
siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak
berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan
kagiatan membaca anak secara terus-menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian
daripada uang. Oleh sebab itu, orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka
untuk berbicara dengan anak mereka agar anak menyenangi membaca dan berbagi buku
cerita dan pengaaman membaca dengan anak-anak. Sebaliknya, anak-anak yang
berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan-kegiatan
tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang
baik.
Faktor
sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang
membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa
status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi
status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang
mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang
berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan
bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak
yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam
lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan
membaca yang tinggi.
IV.
Faktor Psikologis
Faktor
lain yang mempengaruhi juga kemajuan kemampuan anak dalam membaca adalah faktor
psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, serta kematangan sosial emosi,dan
penyesuaian diri. Berikut adalah sedikit penjelasan tentang masing-masing
faktor tersebut.
a.)
Motivasi
Motivasi
ialah faktor kunci utama dalam belajar membaca. Eanes mengemukakan bahwa kunci
motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Agar murid dapt
termotivasi guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang
baik dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu
sebagai suatu kebutuhan.
Crawley
dan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang
belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan
hasil belajar siswa.
Suasana
belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa. Di
samping itu, suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan lebih
memotivasi siswa agar belajar lebih intensif untuk membaca. Seseorang tidak
berminat membaca kalau dalam keadaan tertekan. Untuk usia dini bisa diwujudkan
dalam bentuk permainan, sedangkan pada siswa kelas tinggi bermain dapat
dikembangkan melalui eksperimen. Misalnya, setelah membaca materi bacaan yang
menjelaskan tentang petunjuk membuat pesawat terbang dari kertas, kemudian
siswa mencoba memodifikasinya sehingga pesawatnya bisa terbang lebih jauh.
b.)
Minat
Minat
baca merupakan keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk
membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dengan
kemauannya untuk mendapat bahan bacaan lalu membacanya atas kesadarannya dan
kemauannya sendiri.
Sebisa
mungkin, guru memotivasi siswa agar mau membaca. Misalnya saja dengan mengajak
siswa ke perpustakaan saat kegiatan belajar sedang berlangsung. Kemudian
meminta mereka untuk mencari buku bergambar yang terdapat ceritanya. Hal ini
akan mampu memancing kemauan siswa dalam membaca. Dan hal ini akan
dilanjutkannya terus menerus. Sehingga dapat diketahui, untuk siswa-siswa yang
rajin membaca, biasanya akan unggul dalam pelajaran di kelas.
c.)
Kematangan sosial dan emosi serta penyesuaian diri
Seorang
siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang
mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak
mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan
dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontrol
emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya.
Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak
dalam memahami bacaan akan meningkat.
Percaya
diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang kurang percaya diri di
dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun
tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang
lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk
diperhatikan guru.
IV.
KESIMPULAN
Tingkah
laku dan karakter masing-masing anak memang berbeda. Yang perlu menjadi
perhatian bagi seorang guru adalah konsep pemahaman anak-anak didik mereka yang
juga bermacam-macam. Menjadi seorang guru haruslah peka terhadap siswanya,
kemudian harus telaten dan sabar dalam mengajari anak didiknya tersebut. Untuk
anak-anak yang berkebutuhan khusus perlulah juga perhatian yang khusus dan
lebih dari anak-anak yang normal lainnya. Sehingga si anak tidak perlu merasa
minder dan takut, guru mampu membuatnya percaya diri, bahwa dia juga bisa
seperti teman-temannya.
Seluruh
faktor-faktor penghambat di atas dapat didata kemudian dicari solusi-solusi
yang menyelesaikan hambatan tersebut. Untuk penanganan dari hambatan tersebut
sudah tercantum pada isi dan pembahasan di atas.
V.
DAFTAR PUSTAKA
http://etd.eprints.ums.ac.id
http://bpadjakarta.net/seminar-nasional-pembudayaan-kegemaran-membaca-tingkatkan-daya-saing-dengan-membaca/
Kurniawan, khaerudin (Umi Almini, 2008:106). “ Model Pembelajaran
membaca Permulaan melalui Peningkatan Kesadaran Fonologis dengan Lagu dan
Puisi”. Http:// www.Depdiknas.go.id (diakses:27/09/2007)
Sutarman (Umi Almini, 2008:107). “ Pengembangan Pembelajaran Membaca
dengan Kemampuan Membaca Pemahaman”. Tesis, Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mustthafa, Fahim.2005. Agar Anak Anda
Gemar Membaca terj. Muhamad Suhadi. Bandung : Hikmah-Kelompok Mizan.
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran
Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar