Pidato untuk Ujian Sisipan 2 – Keterampilan Berbahasa
Indonesia
Ibu
kita Kartini
Putri sejati
Putri yang mulia
Harum namanya
Putri sejati
Putri yang mulia
Harum namanya
(menyanyi)
Sepenggal lirik lagu tersebut adalah wujud penghormatan pada Ibu Kartini. Lirik lagu yang ditulis oleh pahlawan Nasional pula, yaitu Bapak WR. Supratman sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan yang dilakukan Kartini untuk menyetarakan hak perempuan pribumi.
Sebelumnya,
Bapak Galih Kusumo, S. Pd., M. Pd., selaku Dosen pembimbing mata kuliah
Keterampilan Berbahasa Indonesia yang saya hormati serta tidak lupa kepada
teman-teman yang saya kasihi dan saya banggakan, Selamat Pagi. Salam sejahtera
untuk kita sekalian yang hadir di sini.
Hari
ini tepat tanggal 21 April. Warga negara Indonesia mengenalnya sebagai tanggal
yang ditetapkan oleh presiden pertama kita sebagai hari peringatannya Raden
Ajeng Kartini. Begitu pula kita mengingatnya, karena sudah dipatrikan pada diri
kita sejak masih duduk di sekolah dasar. Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara
tanggal 21 April tahun 1879 dan meninggal di Rembang pada 17 September 1904
setelah melahirkan anak pertamanya Raden Mas Soesalit Djojodhiningrat.
Meninggalnya beliau tidak mengurungkan simpatisan yang mendukung Kartini dalam
membangun sekolah wanita. Dan justru sekolah wanita yang berlatar belakang
Yayasan Kartini yang awal mula dibangun di Rembang mulai di bangun di berbagai
kota seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan kota-kota lainnya.
Perempuan
pribumi pada zaman kehidupan Kartini dulu sangat berbeda sekali dengan
perempuan saat ini, teman. Perempuan di zaman dulu tidak boleh sekolah, kecuali
mereka yang merupakan keturunan bangsawan. Dan Kartini sangat beruntung bisa
bersekolah sampai umur 12 tahun oleh karena Ayahnya yang merupakan Bupati
Jepara saat itu, walaupun Ibu dari Kartini bukanlah istri satu-satunya Ayah
Kartini. Kartini kecil bersekolah di ELS (Europese Lagere School) yang
merupakan sekolah milik Belanda. Di dalam kurikulum sekolah ELS, bahasa belanda
merupakan salah satu materi wajibnya. Sehingga Kartini saat itu sangat pandai
berbahasa Belanda. Ketika memasuki masa pingitan, Kartini banyak membaca
buku-buku atau pun koran-koran yang berbahasa belanda. Dia juga senang menulis
surat untuk sahabat-sahabat penanya yang berasal dari Belanda.
Berbeda
sekali dengan perempuan saat ini. Banyak dari antara kita yang mendapat
kesempatan untuk bersekolah saja, tanpa harus pusing-pusing memikirkan izin
dari orang tua atau berpikir mengenai biaya sekolah. Kita difasilitasi gadget
yang mode on, tetapi sebagian dari kita yang malah menyia-nyiakannya. Entah itu
karena pemikiran mereka yang memang sudah malas untuk belajar, sehingga tidak
bisa membangun motivasi mereka. Atau karena di antara mereka terkena kesalahan
pergaulan, sehingga pemikiran mereka untuk bersekolah menjadi kabur dan
berantakan. Dan lebih memilih memenangkan ego dan kenyamanan kondisi mereka
saat itu.
Misalnya
saja seorang perempuan remaja yang harus melanjutkan studinya di luar kota. Dan
dia harus kost, tinggal jauh dari orang tuanya dan jauh dari pengawasan orang
tuanya. Awal-awalnya pasti dia akan tetap berusaha mematuhi setiap nasihat
orang tuanya. Akan tetapi lama-kelamaan, jika memang tidak ada minat dan niat
dari dirinya sendiri dan juga dilandasi iman yang kuat, pasti dia akan mengalami
titik kejenuhan. Sehingga sekali dia diajak membolos, dia akan menikmatinya dan
merasa ketagihan. Kuliahnya akan berantakan. Dan lebih mengecewakan orang
tuanya lagi adalah ketika dia mulai terjerembak dalam pergaulan dunia malam dan
akhirnya jika dia hamil. Jika hamil dan lelaki yang menghamilinya mau
bertanggung jawab itu masih lebih baik, tapi jika tidak? Bagaimana perasaan
orang tua dia?
Sungguh
ironis memang. Kebebasan di zaman Kartini dulu sangatlah tidak mudah di dapat.
Sekalipun mendapat kebebasan, pasti akan tetap berada dalam pengawasan yang
ketat. Pemikiran orang tua zaman Kartini dulu adalah, perempuan tidak perlu
mengenal dunia luarnya, karena pada akhirnya dia akan menikah dan akan hidup di
dalam tembok rumahnya. Sangat jelas dikatakan bahwa “wong wadon mung konco
wiking”. Hal tersebutlah yang menjadi titik perjuangan Kartini. Yaitu beliau
ingin membuktikan bahwa perempuan juga mampu melakukan hal-hal seperti
laki-laki. Dia dapat sekolah dan menjadi pandai, dia dapat bekerja, dia dapat memimpin
atau dia dapat menjadi panutan.
Hal
tersebut mulai disadari banyak kalangan ketika terbit buku-buku yang ditulis
oleh Kartini. Salah satu karya terbesarnya adalah buku “Habis Gelap Terbitlah
Terang”. Dan juga ketika sahabat dari Kartini yang mengumpulkan surat-surat
dari Kartini yang kemudian dibukukan dan sebagai bukti pemikiran Kartini yang
maju dan kritis terhadap perkembangan pola pikir perempuan pribumi yang
terbelakang jauh dari perempuan-perempuan Eropa. Ini membuktikan bahwa Kartini
menjadi salah satu pahlawan Nasional Perempuan yang tanpa perlu memikul pedang
atau tombak di medan perang melainkan memikul sebuah keinginan untuk
menyetarakan derajat perempuan di sandingkan dengan laki-laki.
Teman-teman,
terkhusus teman-teman perempuan. Menjadi perempuan memanglah tidak mudah.
Banyak sekali kewajiban yang perlu di penuhi. Apalagi kita sebagai calon
pendidik generasi penerus bangsa, calon istri dan pasti menjadi calon ibu.
Sungguh sangat mulia derajat kita sesungguhnya. Namun banyak diantara kita kaum
wanita yang kurang menghargai kodratinya. Maka dari itu, marilah kita mulai
menghargai diri kita sebagai wanita sesungguhnya. Kita buktikan kita mampu
disejajarkan dengan kaum laki-laki atau bahkan melebihi mereka. Dan untuk
kalian laki-laki, hargailah perempuan di sekitar kalian. Karena sesungguhnya
mereka adalah malaikat-malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuk mendampingi
kalian.
Demikian
yang dapat saya sampaikan mengenai sepenggal kisah tentang Kartini kepada
kalian teman-teman. Semoga pesan yang singkat yang telah saya sampaikan dapat
membuka sedikit pemikiran teman-teman dan akan semakin baik lagi jika dapat
menginspirasi. Jika banyak salah kata yang saya lakukan, saya mohon maaf
sebesar-besarnya.
Mangan kupat ojolali nganggo santen
Sedaya Lepat Nyuwun ngapunten
Jika
ada sumur di ladang
Bolehkah kita menumpang mandi
Jika ada umur yang panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi
Bolehkah kita menumpang mandi
Jika ada umur yang panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi
Terima
Kasih J
Florentina
Pradita Setyaningsih
131134196 / 2 D
131134196 / 2 D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar