REVIEW JURNAL PENELITIAN
“METODE DISCOVERY
DALAM PEMBELAJARAN IPA”
Ditulis
untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Gasal mata kuliah Perkembangan
Belajar Peserta Didik 2 pada Rabu, 10 Desember 2014
Dosen
Pengampu : Elisabeth Desiana Mayasari, S. Psi., M. A.
Disusun
oleh :
Nama
: Florentina Pradita
Setyaningsih
NIM : 131134196
Kelas : 3 E
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
A.
Identitas Jurnal
Judul :
Peningkatan
Hasil Belajar Metode Discovery Pembelajaran IPA
Kelas IV
SDN 03 Sungai Ambawang
Penulis :
Agus
Supriyadi
(PGSD
Univ. Tanjungpura, Pontianak)
Tahun
penulisan:
2012
B.
Latar Belakang
Metode untuk pembelajaran digunakan
sebagai jembatan mencapainya tujuan yang ingin dicapai dalam akhir
pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kelas juga
mempermudah pemahaman siswa dalam proses belajar. Sehingga materi yang ingin
disampaikan guru kepada siswa, dapat tersampaikan dengan tepat.
Discovery learning merupakan salah satu
metode pembelajaran yang dapat di terapkan guru dalam kelasnya. Dari nama
“discovery” sendiri sudah dapat diketahui hal tersebut berkaitan dengan
“penemuan”. Jadi, discovery learning adalah sebuah metode pembelajaran dengan cara
guru menuntun siswa melalui beberapa pertanyaan kemudian siswa melakukan
penemuannya sendiri saat mempraktikkannya. Sehingga siswa dapat menemukan
jawaban yang diinginkannya.
Dalam kesempatan ini, pereview telah
menemukan jurnal penelitian yang memiliki judul “Peningkatan Hasil Belajar Metode Discovery
Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 03” yang telah ditulis oleh Agus Supriyadi yang
merupakan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar dari Universitas Tanjungpura,
Pontianak. Pereview sendiri memilih
jurnal penelitian tersebut karena menyesuaikan dengan materi pelajaran yang
didapat saat pembagian di awal semester lalu untuk simulasi. Pereview mendaoat
mata pelajaran IPA Sekolah Dasar. Sangat tepat dengan jurnal yang di dapat.
Pereview sendiri merupakan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di
Universitas Sanata Dharma.
Dalam jurnal penelitiannya, peneliti
menyebutkan beberapa tujuannya melakukan penelitian di SDN 03 yang ada di Sungai Ambawang Kabupaten Kubu
Raya. Yang pertama, karena peneliti merupakan guru kelas IV di SD tersebut dan
akan mempermudah peneliti untuk melihat keefektifan dari metode discovery
learning tersebut, terutama diterapkan dalam materi pembelajaran tentang bentuk
daun dan fungsinya. Kemudian peneliti berupaya adanya peningkatan hasil belajar
dari siswanya. Dan secara umum, tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah mengetahui peningkatan hasil dari belajar siswa dengan
diterapkannya metode discovery learning.
Sedangkan tujuan dari pereview melakukan
review jurnal penelitian tersebut selain untuk memenuhi tugas Ujian Akhir
Semester Gasal yang diberikan dosen pengampu, pereview juga ingin melihat sejauh mana keberhasilan
serta keefektifan dari sebuah metode pembelajaran yang digunakan guru untuk
mengajar siswanya. Jika dibandingkan dengan metode discovery, banyak teman-teman
dari pereview yang melakukan review jurnal yang berisikan pembelajaran dengan
metode konstruktivisme yang memang umum digunakan untuk pembelajaran IPA.
C.
Teori dan Metode
Metode discovery learning sama
halnya dengan teknik penemuan. Di dalam jurnalnya, peneliti menyebutkan
pendapat yang dikemukakan oleh Sund yang menyatakan discovery adalah proses
mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang
dimaksud dengan proses mental tersebut misalnya antara lain ialah : Mengamati,
mencerna mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur
membuat kesimpulan dan sebagainya. Dikatakan sebagai suatu konsep misalnya :
segitiga pans demokrasi dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud prinsip antara
lain ialah misalnya logam apabila dipanaskan akan mengembang, dalam teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri,
guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Discovery learning ini dapat dikaitkan
dengan teori yang disebutkan oleh teori konstruktivisme. Karena pada dasarnya
metode ini memberikan pengalaman langsung dalam pembelajarannya. Selain itu,
discovery dan konstruktivisme ini memiliki beberapa kesamaan seperti yang sudah
disebutkan bahwa kedua metode sama-sama memberi pengalaman langsung terhadap
anak, juga membuat siswa semakin sadar akan keragaman yang ada disekitarnya.
Perbedaan kedua metode ini hanyalah hasil akhirnya. Jika metode pembelajaran
dari discovery ini menuntut hasil akhir yang di dapat anak setelah melakukan
praktik lalu membuat penemuan, sedangkan metode pembelajaran konstruktivisme
lebih kepada cara anak menanggapi ilmu baru yang mereka dapat setelah mengamati
secara langsung.
D.
Pembahasan
Dalam metode discovery learning,
peneliti beranggapan bahwa metode tersebut akan mudah diterapkan terhadap
siswanya dan akan menarik perhatian siswanya jika di kemas dengan baik. Karena
dengan menggunakan metode discovery ia dapat mengajar dengan melibatkan
siswanya secara langsung dalam berproses kegiatan mental melalui tukar
pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri dan dapat mencoba sendiri. Ini sama
halnya dengan ciri utama belajar yaitu : (1) mengeksplorasi dan memecahkan
masalah, (2) untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi
pengetahuan, dan (3) berpusat pada siswa.
Menurut Rohani (2004: 39), metode
discovery adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik
sebagai subjek di samping sebagai objek dalam pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan
dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
siswa. Ada 3 ciri utama belajar menemukan yaitu;
a. Mengeksplorasi
dan memecahkan masalah
b. Untuk
menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan.
c. Berpusat
pada siswa.
Pereview menangkap maksud dari peneliti
yang menuliskan teori dari Binell-Holmes dan Hoffman (8,2008) yang menjelaskan
3 sifat utama dari metode discovery, yaitu :
1. Mengeksplorasi
dan memecahkan masalah untuk membuat, mengintegrasikan.
2. Menggeneralisasi
pengetahuan.
3. Siswa
dibimbing untuk melakukan aktivitas berdasarkan ketertarikannya dan menentukan
tahapan serta frekuensi kerjanya sendiri.
Peneliti juga menyebutkan beberapa
kelebihan dari metode discovery ini seperti ; (1) pengetahuan yang dapat bertahan
lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar dengan menggunakan discovery
mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil metode lainnya; (3)
menggunakan metode discovery dapat meningkatkan penalaran dari siswa untuk
mampu berpikir bebas. Pembelajaran dengan model penemuan tersebut dapat melatih
keterampilan-keterampilan kognitif dari siswa untuk menemukan dan memecahkan
suatu masalah tanpa meminta pertolongan pada orang lain.
Sedangkan kelebihan metode penemuan juga
disampaikan oleh Suherman, dkk (2001: 179) yang isinya adalah sebagai berikut :
1. Dengan
metode penemuan, siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar. Siswa dituntut
untuk berpikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil akhir lalu
menyimpulkannya.
2. Siswa
dapat memahami dengan benar bahan dari pelajaran karena mengalami sendiri
berproses menemukan dan juga proses ini menjadi diingat dalam jangka waktu yang
lama.
3. Dengan
melakukan penemuannya sendiri dapat menimbulkan rasa puas. Kepuasan ini akan
mendorong siswa untuk melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat.
4. Siswa
memperoleh pengetahuan dari metode discovery akan lebih mampu mentransfer
pengetahuan yang didapatnya ke berbagai konteks.
Suatu metode bukan hanya memiliki
kelebihan saja, sama halnya dengan metode yang lain, discovery juga emmiliki
beberapa kelemahan. Diantaranya yaitu :
1. Metode
penemuan atau discovery ini memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan pembelajaran yang menjadikan siswanya obyek (siswa hanya menerima dan
mendengarkan penjelasan dari gurunya).
2. Bahan-bahan
yang digunakan untuk belajar sangat banyak.
Untuk mengurangi hal tersebut, peneliti
memberikan saran dengan melibatkan guru untuk memberi tuntunan pada siswanya.
Seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa, memberi
petunjuk, memberi penjelasan, mengecek kesiapan dari siswa-siswanya, memimpin
analisis, merangsang terjadinya interaksi antar siswa atau membantu siswa
merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Peneliti melakukan penelitian dengan cara
metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (1985: 63) metode deskriptif adalah
prosedur pemecahan masalah yang sedang di selidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana mestinya. Singkatnya, metode
deskriptif ini difungsikan untuk memecahkan permasalahan penelitian dengan
menggambarkan atau memaparkan objek berdasar hasil penelitian dilangsungkan.
Peneliti melakukannya dengan bentuk
Penelitian Tindakan Kelas. Yaitu dengan menekankan guru untuk menerapkan metode
discovery learning untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa kelas IV di
SD N 03 Sungai Ambawang.
Awalnya, peneliti melakukan observasi dengan pengamatan dan
mengambil data yang ada. Untuk penelitian pertama peneliti berhasil menerima
hasil 86,6% dan untuk sisanya dikarenakan siswa yang belum mengerti betul
materi pembelajarannya. Untuk siklus ke-II bahkan mencapai 97,76%. Hal itu sudah melampaui tafsiran awal dari
peneliti yang semula 78,72%. Selain itu melalui metode discovery pada pembelajaran IPA di kelas IV
SDN 03 Sungai Ambawang dapat ditingkatkan yaitu pada siklus I dengan nilai 75
dan setelah melalui perbaikan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 95.
Lalu penerapan discovery learning ini dapat meningkatkan hasil belajar 65,55
pada siklus I dan setelah menjalani perbaikan pada siklus ke-II terjadi
peningkatan 75,55 yang sebesar 10%.
E.
Kesimpulan
Dengan mereview jurnal penelitian dari
peneliti, pereview menjadi mengerti beberapa keuntungan jika menggunakan metode discovery untuk pembelajaran di dalam
kelas terutama pembelajaran IPA dibanding dengan metode pembelajaran lainnya.
Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, dia menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan hasil pembelajaran dari
siswanya dengan materi bentuk daun dan fungsinya. Sehingga tujuan dari
pembelajaran discovery benar-benar tercapai. Dari perencanaan semula yang
mengatakan kisaran rata-rata di bawah 80% pada hasil akhirnya begitu memuaskan
di atas 90% yang dilakukan oleh peneliti, pereview menyimpulkan bahwa discovery
learning merupakan metode yang efektif diterapkan untuk pembelajaran siswa.
Selain itu saran yang diberikan pereview untuk peneliti adalah sekiranya peneliti
mau menyertakan tanggapan-tanggapan dari anak-anak yang melaksanakan dan
menjalani pembelajaran dengan metode discovery learning ini. Selain itu juga
disertakan tanggapan dari guru-guru tentang discovery learning ini dan
antisipasi metode apa yang dapat diterapkan di kelas selain discovery learning
ini.
F.
Referensi
Supriyadi, Agus. 2012. Jurnal
Penelitian : “Peningkatan Hasil Belajar Metode Discovery Pembelajaran IPA Kelas
IV SDN 03 Sungai Ambawang, Kubu Raya. Pontianak : Universitas Tanjungpura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar