Sabtu, 30 Mei 2015

Review Jurnal Pendidikan "Metode Discovery"



REVIEW JURNAL PENELITIAN
“METODE DISCOVERY
DALAM PEMBELAJARAN IPA”
Ditulis untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Gasal mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik 2 pada Rabu, 10 Desember 2014
Dosen Pengampu : Elisabeth Desiana Mayasari, S. Psi., M. A.



Disusun oleh :
Nama             : Florentina Pradita Setyaningsih
NIM               : 131134196
Kelas             : 3 E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014


A.   Identitas Jurnal
Judul               :
Peningkatan Hasil Belajar Metode Discovery Pembelajaran IPA
Kelas IV SDN 03 Sungai Ambawang
Penulis             :
Agus Supriyadi
(PGSD Univ. Tanjungpura, Pontianak)
Tahun penulisan:
                        2012


B.   Latar Belakang
Metode untuk pembelajaran digunakan sebagai jembatan mencapainya tujuan yang ingin dicapai dalam akhir pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kelas juga mempermudah pemahaman siswa dalam proses belajar. Sehingga materi yang ingin disampaikan guru kepada siswa, dapat tersampaikan dengan tepat.
Discovery learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat di terapkan guru dalam kelasnya. Dari nama “discovery” sendiri sudah dapat diketahui hal tersebut berkaitan dengan “penemuan”. Jadi, discovery learning adalah sebuah metode pembelajaran dengan cara guru menuntun siswa melalui beberapa pertanyaan kemudian siswa melakukan penemuannya sendiri saat mempraktikkannya. Sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang diinginkannya.
Dalam kesempatan ini, pereview telah menemukan jurnal penelitian yang memiliki judul  “Peningkatan Hasil Belajar Metode Discovery Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 03” yang telah ditulis oleh Agus Supriyadi yang merupakan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar dari Universitas Tanjungpura, Pontianak.  Pereview sendiri memilih jurnal penelitian tersebut karena menyesuaikan dengan materi pelajaran yang didapat saat pembagian di awal semester lalu untuk simulasi. Pereview mendaoat mata pelajaran IPA Sekolah Dasar. Sangat tepat dengan jurnal yang di dapat. Pereview sendiri merupakan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma.
Dalam jurnal penelitiannya, peneliti menyebutkan beberapa tujuannya melakukan penelitian di SDN  03 yang ada di Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Yang pertama, karena peneliti merupakan guru kelas IV di SD tersebut dan akan mempermudah peneliti untuk melihat keefektifan dari metode discovery learning tersebut, terutama diterapkan dalam materi pembelajaran tentang bentuk daun dan fungsinya. Kemudian peneliti berupaya adanya peningkatan hasil belajar dari siswanya. Dan secara umum, tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengetahui peningkatan hasil dari belajar siswa dengan diterapkannya metode discovery learning.
Sedangkan tujuan dari pereview melakukan review jurnal penelitian tersebut selain untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Gasal yang diberikan dosen pengampu, pereview  juga ingin melihat sejauh mana keberhasilan serta keefektifan dari sebuah metode pembelajaran yang digunakan guru untuk mengajar siswanya. Jika dibandingkan dengan metode discovery, banyak teman-teman dari pereview yang melakukan review jurnal yang berisikan pembelajaran dengan metode konstruktivisme yang memang umum digunakan untuk pembelajaran IPA.

C.   Teori dan Metode
Metode discovery learning sama halnya dengan teknik penemuan. Di dalam jurnalnya, peneliti menyebutkan pendapat yang dikemukakan oleh Sund yang menyatakan discovery adalah proses mental di mana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut misalnya antara lain ialah : Mengamati, mencerna mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebagainya. Dikatakan sebagai suatu konsep misalnya : segitiga pans demokrasi dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud prinsip antara lain ialah misalnya logam apabila dipanaskan akan mengembang, dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Discovery learning ini dapat dikaitkan dengan teori yang disebutkan oleh teori konstruktivisme. Karena pada dasarnya metode ini memberikan pengalaman langsung dalam pembelajarannya. Selain itu, discovery dan konstruktivisme ini memiliki beberapa kesamaan seperti yang sudah disebutkan bahwa kedua metode sama-sama memberi pengalaman langsung terhadap anak, juga membuat siswa semakin sadar akan keragaman yang ada disekitarnya. Perbedaan kedua metode ini hanyalah hasil akhirnya. Jika metode pembelajaran dari discovery ini menuntut hasil akhir yang di dapat anak setelah melakukan praktik lalu membuat penemuan, sedangkan metode pembelajaran konstruktivisme lebih kepada cara anak menanggapi ilmu baru yang mereka dapat setelah mengamati secara langsung.  
D.   Pembahasan
Dalam metode discovery learning, peneliti beranggapan bahwa metode tersebut akan mudah diterapkan terhadap siswanya dan akan menarik perhatian siswanya jika di kemas dengan baik. Karena dengan menggunakan metode discovery ia dapat mengajar dengan melibatkan siswanya secara langsung dalam berproses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri dan dapat mencoba sendiri. Ini sama halnya dengan ciri utama belajar yaitu : (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah, (2) untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan, dan (3) berpusat pada siswa.
Menurut Rohani (2004: 39), metode discovery adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subjek di samping sebagai objek dalam pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Ada 3 ciri utama belajar menemukan yaitu;
a.       Mengeksplorasi dan memecahkan masalah
b.      Untuk menciptakan, menggabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan.
c.       Berpusat pada siswa.
Pereview menangkap maksud dari peneliti yang menuliskan teori dari Binell-Holmes dan Hoffman (8,2008) yang menjelaskan 3 sifat utama dari metode discovery, yaitu :
1.      Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk membuat, mengintegrasikan.
2.      Menggeneralisasi pengetahuan.
3.      Siswa dibimbing untuk melakukan aktivitas berdasarkan ketertarikannya dan menentukan tahapan serta frekuensi kerjanya sendiri.
Peneliti juga menyebutkan beberapa kelebihan dari metode discovery ini seperti ; (1) pengetahuan yang dapat bertahan lama dan mudah diingat; (2) hasil belajar dengan menggunakan discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil metode lainnya; (3) menggunakan metode discovery dapat meningkatkan penalaran dari siswa untuk mampu berpikir bebas. Pembelajaran dengan model penemuan tersebut dapat melatih keterampilan-keterampilan kognitif dari siswa untuk menemukan dan memecahkan suatu masalah tanpa meminta pertolongan pada orang lain.
Sedangkan kelebihan metode penemuan juga disampaikan oleh Suherman, dkk (2001: 179) yang isinya adalah sebagai berikut :
1.      Dengan metode penemuan, siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar. Siswa dituntut untuk berpikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil akhir lalu menyimpulkannya.
2.      Siswa dapat memahami dengan benar bahan dari pelajaran karena mengalami sendiri berproses menemukan dan juga proses ini menjadi diingat dalam jangka waktu yang lama.
3.      Dengan melakukan penemuannya sendiri dapat menimbulkan rasa puas. Kepuasan ini akan mendorong siswa untuk melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
4.      Siswa memperoleh pengetahuan dari metode discovery akan lebih mampu mentransfer pengetahuan yang didapatnya ke berbagai konteks.
Suatu metode bukan hanya memiliki kelebihan saja, sama halnya dengan metode yang lain, discovery juga emmiliki beberapa kelemahan. Diantaranya yaitu :
1.      Metode penemuan atau discovery ini memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran yang menjadikan siswanya obyek (siswa hanya menerima dan mendengarkan penjelasan dari gurunya).
2.      Bahan-bahan yang digunakan untuk belajar sangat banyak.
Untuk mengurangi hal tersebut, peneliti memberikan saran dengan melibatkan guru untuk memberi tuntunan pada siswanya. Seperti memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa, memberi petunjuk, memberi penjelasan, mengecek kesiapan dari siswa-siswanya, memimpin analisis, merangsang terjadinya interaksi antar siswa atau membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.
Peneliti melakukan penelitian dengan cara metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (1985: 63) metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang sedang di selidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagai mana mestinya. Singkatnya, metode deskriptif ini difungsikan untuk memecahkan permasalahan penelitian dengan menggambarkan atau memaparkan objek berdasar hasil penelitian dilangsungkan.
Peneliti melakukannya dengan bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Yaitu dengan menekankan guru untuk menerapkan metode discovery learning untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa kelas IV di SD N 03 Sungai Ambawang.
Awalnya, peneliti melakukan observasi dengan pengamatan dan mengambil data yang ada. Untuk penelitian pertama peneliti berhasil menerima hasil 86,6% dan untuk sisanya dikarenakan siswa yang belum mengerti betul materi pembelajarannya. Untuk siklus ke-II bahkan mencapai 97,76%.  Hal itu sudah melampaui tafsiran awal dari peneliti yang semula 78,72%. Selain itu melalui metode discovery pada pembelajaran IPA di kelas IV SDN 03 Sungai Ambawang dapat ditingkatkan yaitu pada siklus I dengan nilai 75 dan setelah melalui perbaikan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 95. Lalu penerapan discovery learning ini dapat meningkatkan hasil belajar 65,55 pada siklus I dan setelah menjalani perbaikan pada siklus ke-II terjadi peningkatan 75,55 yang sebesar 10%.



E.     Kesimpulan
Dengan mereview jurnal penelitian dari peneliti, pereview menjadi mengerti beberapa keuntungan jika menggunakan  metode discovery untuk pembelajaran di dalam kelas terutama pembelajaran IPA dibanding dengan metode pembelajaran lainnya. Seperti penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, dia menyimpulkan bahwa dengan menggunakan metode discovery dapat meningkatkan hasil pembelajaran dari siswanya dengan materi bentuk daun dan fungsinya. Sehingga tujuan dari pembelajaran discovery benar-benar tercapai. Dari perencanaan semula yang mengatakan kisaran rata-rata di bawah 80% pada hasil akhirnya begitu memuaskan di atas 90% yang dilakukan oleh peneliti, pereview menyimpulkan bahwa discovery learning merupakan metode yang efektif diterapkan untuk pembelajaran siswa. Selain itu saran yang diberikan pereview untuk peneliti adalah sekiranya peneliti mau menyertakan tanggapan-tanggapan dari anak-anak yang melaksanakan dan menjalani pembelajaran dengan metode discovery learning ini. Selain itu juga disertakan tanggapan dari guru-guru tentang discovery learning ini dan antisipasi metode apa yang dapat diterapkan di kelas selain discovery learning ini.  

F.    Referensi
Supriyadi, Agus. 2012. Jurnal Penelitian : “Peningkatan Hasil Belajar Metode Discovery Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 03 Sungai Ambawang, Kubu Raya. Pontianak : Universitas Tanjungpura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar